Cara Ampuh Melawan Hoaks, Jurnalis Wajib Baca!

Cara Ampuh Melawan Hoaks, Jurnalis Wajib Baca!
Ilustrasi/ Foto: computerhope.com

Hoaks atau berita bohong saat ini menjadi masalah besar dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih di masa pandemi Covid-19. 

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, ada sekitar 5.311 konten hoaks Covid-19 di media sosial per 27 Desember 2021. 

Facebook merupakan platform dengan penyebaran hoaks terbesar dan terbanyak di Indonesia. Dalam rinciannya, sebanyak 87 persen konten hoaks Covid-19 di media sosial bersumber dari Facebook.

Hal serupa juga berpotensi terjadi pada media profesional atau media massa, apalagi media online yang mengedepankan aktualitas dalam menyajikan berita. Kurang disiplin jurnalis ketika melakukan verifikasi akan mempengaruhi pola pikir dan tindakan publik. 

Atas persoalan tersebut, jurnalisme data adalah tools yang ampuh melawan hoaks dan disinformasi. Jurnalisme data platform baru dalam jurnalistik untuk menangkal hoaks dan disinformasi yang terjadi selama ini di Indonesia.

Mentor Fellowship Jurnalisme Pendidikan Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan, Frans Surdiasis mengaku prihatin terhadap kualitas berita saat ini. 

Disisi lain, lanjut dia, hal ini menjadi tantangan bagi jurnalis untuk meningkatkan kompetensi di tengah maraknya berita hoaks di Tanah Air, salah satunya dengan menyajikan data-data dalam meracik informasi. 

“Ini merupakan keprihatinan sekaligus tantangan bagi jurnalis kita, untuk terus berupaya meningkatkan profesionalisme dan kualitas pemberitaan dengan memperkaya data,” kata Frans saat menjadi pemateri Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch IV secara daring, Rabu (2/2/2022).

Maka dari itu, Frans menegaskan, jurnalis harus melakukan manajemen informasi dengan menempatkan data sebagai ide, sumber serta pelengkap berita.

Frans menambahkan, hal yang harus menjadi pegangan jurnalis yaitu membangun pola pikir akan pentingnya penyertaan data dalam tulisan dan memiliki ketrampilan teknis dalam mengolah data.

“Dua pilar ini, yaitu mindset data dan keterampilan teknis, akan menghasilkan jurnalisme data yang berkualitas,” imbuhnya.

Ia juga menjelaskan, bila jurnalis sudah terbiasa menyertakan data, dengan demikian secara otomatis akan meningkatkan profesionalitasnya maupun meningkatan kompetensi. 

Dosen Jurnalisme Universitas Atmajaya itu juga mengingatkan agar jurnalis memperhatikan bagaimana mendapatkan, mengerti, dan mengevaluasi data, hingga cara pengolahan data tersebut.