3.400 Bencana Terjadi Sepanjang 2022, Muhammadiyah Soroti Soal Penanggulangan

3.400 Bencana Terjadi Sepanjang 2022, Muhammadiyah Soroti Soal Penanggulangan
Ilustrasi/ Dok. Reuters.

TVMU.TV - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana alam di Indonesia mencapai 3.400 bencana alam sepanjang tahun 2022, dengan korban jiwa lebih dari 800 orang.

Terkait hal ini. Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Budi Setiawan menyebutkan bencana yang terjadi di Indonesia bukan hanya bersumber dari alam, tetapi juga ada yang dari non-alam yang juga dapat merenggut nyawa. Misalnya tragedi Kanjuruhan yang menelan sebanyak 130 an jiwa.

Oleh karena itu, ia mengajak mengajak kepada seluruh pemangku kepentingan untuk kembali mencermati lebih dalam bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugiaan masyarakat. Menurutnya, hal ini bisa mengantisipasi potensi untuk meminimalkan korban jiwa dan mengurangi kerugian masyarakat.

“Maka kita perlu melihat sejauh mana kejadian-kejadian bencana tahun 2022 telah menggerus kesejahteraan masyarakat, kerugian jiwa, harta benda dan berhentinya pertumbuhan ekonomi,” kata Budi di webinar Refleksi dan Penguatan Kolaborasi PRB, Senin (26/12) secara daring.

Menurut dia, kejadian-kejadian bencana yang terjadi pada 2022 dan yang lalu harus menjadi pembelajaran, untuk dicermati dan menjadi proyeksi guna menyiapkan segala kemungkinan dan respon yang diberikan saat terjadi bencana di masa yang akan datang.

“Pada tahun 2023 dan di masa-masa yang lebih jauh lagi kita juga harus merancang. Dan merancangnya pun harus memakai tolok ukur,” sebut Budi.

Dengan mengutip surat Al Hasyr ayat 18, Budi menjelaskan bahwa tolak ukur dalam menyiapkan untuk penanggulangan bencana ialah dengan taqwa yang dimaknai dengan kesejahteraan. Sebagai ukuran yang nyata, lanjutnya, kesejahteraan merupakan tujuan dari kehidupan.

Dikatakan Budi, bencana sebagai sunnatullah boleh saja terjadi, tetapi yang harus dilakukan manusia sebagai bentuk ketaqwaan dan ikhtiar adalah untuk mengurangi resiko dari bencana yang terjadi. “Tetapi tidak ada korban itu menjadi kepentingan kita bersama,” terangnya.