Banjir Akibat Ulah Manusia

TVMU.TV - Senin malam, 3 Maret, selepas waktu salat Tarawih, horor terjadi di Kota Bekasi, dan sekitarnya. Selain dua mal di Kawasan Pekayon, disatroni air bah, sejumlah kawasan elit juga dihantam banjir. Banjir di Kota Bekasi, melabrak tidak kurang dari delapan kecamatan, dengan jumlah jiwa yang terdampak mencapai 22 ribu orang. Sedangkan di Kabupaten Bekasi, banjir menyebabkan 48 ribu lebih orang, terpaksa mengungsi.

Presiden Prabowo Subianto, Sabtu, 8 Maret 2025, terjun ke lokasi banjir di Babelan, Bekasi, Jawa Barat. Presiden Prabowo tidak sekedar melihat, dan merasakan genangan air yang masih mengurung warga korban banjir, melainkan secara humanis, hingga mengurus logistik, makanan bagi warga, kondisi sekolah, dan menghibur warga, yang sepekan ini menderita akibat banjir.

Warga Bekasi, bukan sendiri yang menjadi korban banjir. Di Sukabumi, wilayah Jawa Barat bagian selatan, juga diterjang banjir. Wapres Gibran Rakabuming Raka, terjun ke lokasi, meninjau lokasi banjir dengan mengendarai motor. Tentu saja, kita apreasi kepedulian pemimpin negara, atas musibah banjir yang beruntun menerjang Jawa Barat itu. Pucuk pemimpin bangsa itu, sedia datang ke lokasi, turut merasakan dampak bencana alam, yang menyengsarakan rakyat itu, tak peduli cibiran sebagian orang bahwa hal itu merupakan pencitraan-diri semata.

Dari dua peristiwa banjir di Jawa Barat ini, jika ditelaah lebih jauh, pemicunya lebih dikarenakan ulah manusia, selain hanya karena cuaca esktrem, hujan lebat, dan sejenisnya. Dari catatan yang ada cuaca ekstrem terjadi hampir setiap hari, di berbagai wilayah di Indonesia. Berdasarkan monitoring terhadap laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) peringatan cuaca ekstrem sudah diluncurkan sejak pertengahan Januari 2025 lalu. Sedangkan banjir besar di Bekasi dan Sukabumi, Jawa Barat, terjadi Senin, 3 Maret malam dan Kamis, 6 Maret 2025.

Dari pertengahan Januari hingga akhir Februari saja, tercatat tak kurang dari 200 kali peringatan waspada cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia. Artinya, cuaca ekstrem tidak hanya terjadi di Bekasi, dan wilayah hulu di Area Puncak, Bogor, Jawa Barat saja, melainkan terjadi di berbagai tempat. Dengan demikian, dapat disimpulkan, hujan lebat akibat cuaca ekstrem, bukanlah faktor tunggal, penyebab banjir di bekasi dan sukabumi. Lalu, gerangan apa yang menjadi faktor dominan banjir di dua kabupaten, kota yang padat penduduknya itu?

Apabila ditelisik lebih jauh, sekali lagi, banjir di Bekasi dan Sukabumi, Jawa Barat ini, lebih karena ulah manusia belaka. Dari telaah yang ada, faktor dominan banjir bekasi karena perubahan tata ruang, baik di wilayah hulu, maupun wilayah hilir. Di hulu, wahana lingkungan hidup mencatat, Kawasan Pegunungan Kapur di hulu, telah dibongkar menjadi tambang semen, dalam empat tahun terakhir. Hal itu menyebabkan air yang seharusnya terserap ke dalam tanah, justru mengalir deras ke hilir. Ada pun menuju wilayah hilir, air tidak mampu mengalir dengan lancar, karena sebagian daerah aliran sungai, menyempit karena berubah menjadi permukiman, atau mengalami sedimentasi yang tidak terkendali.

Problematika yang hampir sama, terjadi di wilayah hulu Sukabumi. Di sepanjang daerah aliran sungai, dipenuhi sampah domestik. Dan sebagian lagi konstruksi beberapa jembatan tidak akomodatif terhadap arus air yang deras, sehingga menghambat aliran air hujan. Selain itu, sebagian permukaan tanah/ telah ditutupi semen dan beton, untuk permukiman masyarakat.

Belajar dari peristiwa banjir ini, kita patut mendesak para pemangku kepentingan, utamanya pemerintah daerah, agar meninjau ulang tata ruang, dan melakukan langkah preemtif, agar banjir bisa diantisipasi, tidak sekedar menjadi pemadam kebakaran, dan abai terhadap kelestarian lingkungan. Kepada pengusaha properti maupun pertambangan, agar mengedepankan aspek kelestarian lingkungan, dan keselamatan masyarakat, tidak sekedar mencari untung belaka. Kepada masyarakat luas, ingatlah, bumi yang kita huni, bukanlah milik kita sendiri. Sebagai kalifah Allah, manusia mengemban amanah untuk merawat dan menjaga bumi, demi masa depan umat manusia setelah kita, bukan mengeksplotasinya semata-mata saat ini. Jika manusia merusak bumi, akibatnya akan diderita mereka sendiri.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)