Ironi Sandi Sang Pelantang

TVMU.TV - Sandi Butar-Butar, Eks Petugas Dinas Pemadam Kebakaran, Damkar, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, hanyalah seorang petugas Damkar sekelas prajurit lapangan biasa. Statusnya pun hanya pekerja kontrak, yang sudah dilakoninya hampir sepuluh tahun lamanya. Namun Sandi, bukan sekedar seorang Serdadu yang hanya piawai melawan amukan api belaka.

Sandi, adalah sang pelantang, yang berteriak, tak hendak diam, manakala dengan gamblang. dia menyaksikan ketidak-adilan, kerusakan material alat pemadam, bahkan rendahnya moral, para pejabat di institusinya. Kemana saja institusi DPRD, Wakil Rakyat yang seharusnya, keras bersuara??. Apakah karena Wakil Rakyat sudah terlampau kenyang, sehingga tak mampu lagi berkata-kata, terbungkam oleh gaji tinggi dan fasilitas wah??. Jangan tuding Sandi, yang hanya bergaji tiga juta rupiah itu, sengaja harus bersuara lantang, karena perutnya lapar. Tidak!!!. Perlu dicatat, Sandi telah mengambil alih pekerjaan Wakil Rakyat, mengawasi institusinya sendiri, dan menyuarakan aspirasi komunitasnya, sudah hampir lima tahun. Tapi para pemimpin di Kota Depok, tak ada yang peduli. Membiarkan Sandi berjuang sendirian.

Sandi, bukan petugas pemadam kebakaran biasa. Sandi berteriak, bahkan berurai air mata, tatkala alat kerjanya, mobil pemadam kebakaran, rusak dan bobrok, tak mampu melawan kobaran api. Tindakan Sandi berteriak dan menangis, bukanlah satu-satunya aksi. Sandi, memiliki keterampilan digital, membuat konten audio-visual di media sosial, yang kemudian menjadi viral. Viralitas konten Sandi di media sosial, bukanlah pepesan kosong, bukan tong kosong nyaring bunyinya. Berkat teriakan digital Sandi, tiga orang pejabat Damkar, diseret ke pengadilan, karena terlibat korupsi. Sandi, bahkan mengaku hendak disuap uang dan mobil, agar diam, tidak menyuarakan kebenaran.

Sayangnya, kini langkah Sandi terhenti. Mulutnya dibungkam, dengan diputusnya kontrak kerja, alias dipecat, dengan alasan yang tidak jelas. Sandi, adalah ironi di negeri ini. Sandi bukan sendiri, bukanlah orang pertama, boleh jadi, Sandi-Sandi yang lain, bertebaran di negeri ini. Sandi, boleh saja, dicap sebagai “anak nakal” oleh pimpinan Dinas Damkar, karena suka berteriak menyuarakan kebenaran, sejak sekian lama. Tapi bagi orang yang memiliki hati nurani, berakal sehat, dan pembela kebenaran, Sandi adalah pahlawan.

Kasus Sandi Butar Butar ini, boleh jadi, adalah gambaran umum, yang terjadi pada birokrasi Kita. Ratusan, atau mungkin ribuan Sandi-Sandi lain, yang seharusnya bersuara, terpaksa harus diam, demi kelangsungan jabatan dan penghasilan. Aparatus institusi negara kita, masih banyak yang  bermental ABS, Asal Bapak Senang. Kejujuran dipinggirkan, kepura-puraan diutamakan. Orang jujur disingkirkan, orang yang khianat diberi tempat. Hati nurani dikesampingkan, nafsu berkuasa selalu diimpikan. Oh, alangkah malangnya nasib negeriku.

Sandi memang hanyalah seorang pegawai kontrak, tingkat rendahan. Tapi dari Sandi, Kita belajar akan pentingnya rasa tanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban, menjadikan dirinya sebagai pelayan rakyat. Terutama lagi, dia berusaha jujur, apalagi lingkup tugasnya berurusan dengan keselamatan rakyat.

Jadikan rakyat sebagai tuan, dan majikan. Jangan sebaliknya, anda, para pejabat yang justru minta dilayani, dijadikan tuan.

Gubernur Jawa Barat Terpilih, Dedi Mulyadi, menjamin Sandi akan dipekerjakan kembali, oleh Walikota Depok, apabila nanti Sang Walikota Baru sudah dilantik. Semoga Sandi, menjadi inspirasi. Semoga Sandi, tidak diam, dan terus bersuara. Tentu saja, dalam bersuara, Sandi perlu memperhatikan etika, adab dan norma yang berlaku.