Enam Indikator Utama dalam Konsep Kepemimpinan Spiritual

Enam Indikator Utama dalam Konsep Kepemimpinan Spiritual
Rektor UMS, Sofyan Anif memberikan tausiyah dalam program Pengajian PP Muhammadiyah yang disiarkan di tvMu dan YouTube tvMu Channel, Jumat (13/9). Foto: Tangkap layar YouTube tvMu Channel.

TVMU.TV - Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sofyan Anif menjelaskan, bahwa spiritual leadership atau kepemimpinan spiritual merupakan sebuah konsep yang menggabungkan dimensi keduniaan dan spiritual dalam mencapai tujuan organisasi.

Hal itu disampaikannya dalam program Pengajian PP Muhammadiyah yang disiarkan di tvMu dan YouTube tvMu Channel, Jumat (13/9).

“Kepemimpinan spiritual adalah pendekatan yang seimbang antara dimensi duniawi dan spiritual yang diinternalisasikan dalam nilai-nilai kepemimpinan,” jelas rektor.

Ia menyebutkan setidaknya ada enam indikator utama dalam konsep kepemimpinan spiritual yang dapat menjadi panduan bagi seorang pemimpin untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan duniawi dan spiritual.

Pertama kejujuran sejati. Rektor menerangkan bahwa pemimpin harus mampu menerapkan kejujuran dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil.

“Kejujuran sejati adalah fondasi dari kepemimpinan spiritual. Tanpa kejujuran, sulit bagi seorang pemimpin untuk mendapatkan kepercayaan dari orang-orang yang dipimpinnya,” terangnya.

Kedua dinamis dan progresif. Rektor mengatakan kepemimpinan yang dinamis bukan hanya sekadar mengikuti arus perkembangan, tetapi juga bersifat progresif. Dalam hal ini, pemimpin dituntut untuk terus berkembang dan tidak stagnan.

“Pemimpin spiritual harus mampu melakukan lompatan-lompatan untuk mencapai kemajuan yang lebih cepat,” sebut rektor.

Ketiga motivator dan inspirator. Rektor menyebutkan seorang pemimpin spiritual tidak hanya memotivasi diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.

“Memotivasi orang lain dan menjadi inspirator adalah tugas penting seorang pemimpin. Ini bukan hal yang mudah, tetapi sangat diperlukan untuk menciptakan suasana kerja yang produktif dan harmonis,” tambahnya.

Keempat pemimpin yang dicintai. Menurut rektor, indikator keempat adalah kemampuan pemimpin untuk dicintai oleh orang-orang yang dipimpinnya.

“Pemimpin yang dicintai adalah pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadinya,” kata rektor.

Dia menekankan pemimpin harus memberikan kasih sayang kepada bawahannya dan memprioritaskan kesejahteraan mereka.

Kelima, terbuka terhadap perubahan. Rektor menilai pentingnya keterbukaan seorang pemimpin terhadap kritik dan saran.

“Pemimpin yang terbuka terhadap perubahan adalah pemimpin yang mampu menerima kritik dengan lapang dada dan menjadikannya sebagai masukan yang konstruktif,” jelasnya.

Bagi dia, kritik yang bersifat konstruktif diperlukan untuk memastikan organisasi terus berkembang dan bergerak ke arah yang lebih baik.

Keenam memiliki ketuguhan. Rektor menyampaikan indikator terakhir dari kepemimpinan spiritual adalah ketergantungan kepada Tuhan dalam setiap langkah yang diambil.

“Pemimpin yang spiritual harus selalu mengingat nilai-nilai ketuhanan dalam setiap tindakan dan keputusan,” ujarnya.

Berdasarkan budaya Jawa, prinsip ini sering diidentikkan dengan filosofi “Tut Wuri Handayani,” di mana pemimpin memberikan teladan dan dorongan dari belakang, namun tetap memegang kendali.

Didukung oleh:

 

Saksikan Pengajian PP Muhammadiyah 'Kepemimpinan yang Melayani dan Memajukan'