Perbedaan Puasa dari Masa ke Masa

Perbedaan Puasa dari Masa ke Masa
Rektor UIN Salatiga Zakiyuddin Baidhawy dalam acara Pengajian Umum PP Muhammadiyah bertajuk 'Puasa dan Spiritual Konstruktif' yang disiarkan di tvMu, Jumat (17/3). Foto: Tangkap layar YouTube tvMu Channel.

TVMU.TV - Rektor UIN Salatiga Zakiyuddin Baidhawy menjelaskan ibadah puasa saat ini identik dengan aktivitas spiritual yang dijalankan umat Islam. Dalam surat Al-Baqarah ayat 183 ditegaskan bahwa umat Islam diwajibkan berpuasa.

Lalu sebagaimana temaktub dalam Al Quran, kata dia, puasa telah dipraktekkan jauh sebelum disyariatkan kepada kaum Nabi Muhammad. Misalnya, bangsa Mesir Kuno, mereka telah mengenal puasa untuk menebus dosa kepada Dewa Isis.

“Umat-umat terdahulu sebelum Islam juga memiliki ajaran yang mewajibkan umatnya untuk berpuasa. Namun, dalam menjalani puasa, Islam memiliki kekhasan yang tidak diserupai bangsa-bangsa terdahulu,” ujar Zakiyuddin dalam acara Pengajian Umum PP Muhammadiyah bertajuk 'Puasa dan Spiritual Konstruktif' yang disiarkan di tvMu, Jumat (17/3).

Zakiyuddin pun menambahkan, salah satu bentuk kekhasan puasa dalam tradisi Islam bertujuan untuk pengekangan hawa nafsu, bukan penebusan dosa.

Menurutnya, puasa merupakan sarana bagaimana umat Islam mengendalikan dorongan-dorongan biologis seperti makan, minum, amarah, dan bercinta.

Maka dari itu, Zakiyuddin menyampaikan karakter puasa dalam Islam itu sangat dekonstruktif terutama terhadap ajaran Jahiliyyah yang rakus, tamak, dan suka melakukan kejahatan yang melampaui batas.

“Berpuasa memiliki karakter dekonstruktif terhadap hal-hal yang melampaui batas. Karena Allah tidak menyukai segala hal yang melampaui batas, termasuk hasrat kita untuk makan dan minum. Kata Rumi, nafsu duniawi adalah tipu daya dari semua berhala,” jelasnya.

Sedangkan atas anugrah yang diberikan Allah SWT, Zakiyuddin mengatakan nafsu juga dapat menjadi musibah, karena semua sumber kejahatan biasanya berasal dari keinginan primitif yang tidak terkendali ini.

Oleh karenanya, sebut dia, kehadiran puasa diharapkan menjadi tembok penghalang dari nafsu hewani sehingga menjadi manusia yang bertakwa.

“Kekhasan dari puasa yang diajarkan Islam itu bukan menghilangkan nafsu melainkan mengendalikan nafsu. Karena manusia tanpa nafsu tidak akan memiliki motivasi untuk menjalani hidup, sehingga yang dilakukan Islam ialah bagaimana cara mengendalikannya,” terang Zakiyuddin.

Didukung oleh:

VIDEO: Pengajian Umum PP Muhammadiyah 'Puasa dan Spiritual Konstruktif'