UMJ Gelar Webinar Internasional 'Mencegah Ancaman terhadap Jurnalis dalam Liputan Berita Palestina'

UMJ Gelar Webinar Internasional 'Mencegah Ancaman terhadap Jurnalis dalam Liputan Berita Palestina'
Dosen Magister Ilmu Politik UMJ, Asep Setiawan/ Foto: tangkapan layar webinar internasional bertajuk “Mencegah Ancaman terhadap Jurnalis dalam Liputan Berita Palestina” pada Selasa (14/6/2022).

TVMU.TV - Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menggelar webinar internasional dengan mengusung tema “Mencegah Ancaman terhadap Jurnalis dalam Liputan Berita Palestina” pada Selasa (14/6/2022) secara daring.

Acara tersebut dipimpin oleh Asep Setiawan selaku Dosen Magister Ilmu Politik UMJ. Selain itu, turut hadir beberapa wartawan di antaranya Wartawan Metro TV Fitriani, Wartawan Senior Republika Yeyen Rostiyani dan Wartawan Kantor Berita Anadolu Pizato Gozali.

Pada kesempatan itu, Wartawan Metro TV, Fitriani menyebutkan, dalam liputan konflik seperti di Palestina perlu persiapan khusus. Adapun persiapan itu dimulai dari mengetahui para pihak yang terlibat konflik.

Meski telah menjalani persiapan yang matang, ia mengatakan, perlindungan hukum terhadap kerja jurnalis ini tidak selamanya dapat dijamin.

Sementara itu, Wartawan Senior Republika Yeyen Rostiyani menjelaskan  kekerasan terhadap jurnalis telah terjadi di mana-mana. Unesco mencatat, pada tahun 2006 hingga tahun 2020 sekitar 1.200 wartawan terbunuh.

Lebih parahnya, sembilan dari sepuluh kasus itu para pelaku kejahatannya tidak dihukum.

Kemudian, Yeyen pun memaparkan, berdasarkan data Committee for Protection of Journalist, sejak 1992 wartawan Palestina yang terbunuh mencapai 17 orang. Bahkan, 15 orang di antaranya karena tembakan dari pihak Israel.

Dalam hal ini, Yeyen mendukung pihak Al Jazeera mengajukan kasus ini ke Mahkamah Internasional, serta pelaku bisa diadili dan kasus ini tidak terulang lagi.

Wartawan Kantor Berita Anadolu Pizato Gozali menyampaikan beberapa penyebab Israel sering menyasar jurnalis seperti, kekebalan Israel dari tuntutan internasional, selanjutnya tidak adanya investigasi yang memadai terhadap kasus kekerasan itu sendiri.

Lalu penyebab lainnya adalah aktivitas mesin propaganda Israel dan tidak banyak tuntutan kuat dari negara pihak ketiga.