Apakah Boleh Shalat Idul Fitri di Lapangan Terbuka? Inilah Tata Caranya

Apakah Boleh Shalat Idul Fitri di Lapangan Terbuka? Inilah Tata Caranya
Ilustrasi/ Foto: Istimewa.

TVMU.TV - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1443 H atau 1 Syawal 1443 H jatuh pada hari Senin, 2 Mei 2022 M.

Dalam berdasarkan edaran No 01/EDR/I.0/E/2022 tersebut disebutkan, shalat Idul Fitri diperbolehkan dilaksanakan di lapangan kecil atau tempat terbuka di sekitar tempat tinggal dengan jumlah jemaah yang tidak membawa kerumunan besar.

Dilansir dari buku Tuntunan Shalat-shalat Tathawwu’ yang disusun Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah D.I Yogyakarta. Berikut tata cara shalat Idul Fitri di lapangan terbuka:

1. Sebaiknya dilakukan di lapangan

Apabila tidak ada halangan, shalat Id sebaiknya dilakukan di lapangan. Menurut hadis riwayat Abu Sa’id al Hudriy:

“Bahwa Rasul SAW keluar pada hari raya Idul Fitri dan Adha ke Al-Mushala (tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah shalat. Setelah selesai beliau berdiri menghadap para jamaah, sementara mereka duduk bersaf, lalu beliau memberi nasihat, berwasiat dan memerintah mereka. Apabila beliau hendak berhenti, maka berhenti dan bila memerintah sesuatu, maka langsung memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari).

2. Tidak ada seruan adzan dan iqamat

Shalat Idul Fitri dikerjakan tanpa seruan adzan dan iqamat. Hal ini sesuai berdasarkan hadis riwayat Jabir bin ‘Abdullah:

“Tidak ada adzan ketika (salat) Idul Fitri dan juga idul adha. Lalu setelah sesaat aku tanyakan masalah itu. Dia memberitahuku bahwa Jabir bin Abdullah al-Anshari berkata bahwasanya tidak ada adzan untuk salat idul fitri ketika imam datang dan tidak pula ada iqamah, tidak ada seruan apapun dan waktu itu tidak ajakan dan tidak pula iqamah.” (HR. Bukhari).

3. Tidak disyariatkan shalat sunah

Umat muslim saat melakukan shalat Idul Fitri tidak disyariatkan untuk shalat sunah, baik sebelum maupun sesudah. Sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas:

“Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW shalat dua rekaat pada hari raya idul fitri. Beliau tidak salat sebelumnya dan tidak pula setelahnya. Kemudian beliau mendatangi para wanita bersama Bilal, lalu memerintah mereka bersedekah.” (HR. Bukhari).

4. Dipasang pembatas

Hendaklah dipasang sutrah (pembatas) di depan imam shalat. Menurut hadis riwayat Nafi’ dari Ibnu ‘Umar:

“Bahwa Rasulullah SAW apabila keluar pada hari ‘Id, beliau memerintahkan untuk meletakkan tombak di depannya, kemudian beliau shalat dan orangorang berada di belakangnya, dan ia melakukan hal tersebut dalam safar (shalat shafar).” (HR. Bukhari).

5. Dilaksanakan 2 rakaat

Shalat Idul Fitri maupun Idul Adha dapat dilaksanakan sebanyak 2 rakaat, dengan cara bertakbir tujuh (7) kali pada rakaat pertama dan lima (5) kali takbir pada rakaat kedua.

Sementara tidak ada bacaan-bacaan tertentu yang dituntunkan Nabi SAW di sela-sela takbir-takbir tersebut.

Berdasarkan hadis riwayat Katsiir bin ‘Abdillah: “Bahwa Nabi saw pada salat dua hari raya bertakbir tujuh kali untuk rekaat pertama sebelum membaca (al-fatihah) dan bertakbir lima kali pada rekaat kedua juga sebelum membacanya.” (HR. Tirmidzi).

6. Membaca surat Al-A’la dan Al-Ghasyiyah

Imam shalat disunnahkan membaca surat Al-A’la pada rakaat pertama dan Al-Ghasyiyah pada rakaat kedua atau Qaf wal Quranil Majid (surat Qaf). Pada rakaat pertama dan Iqtarabatis Saa’ah (al-Qamar) pada rakaat kedua. Seperti yang disampaikan oleh Ibnu ‘Abbas:

“Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw pada salat dua hari raya membaca Sabbihisma Rabbiukal A’la dan Hal Ataku Hadisul Ghasyiyah.” (HR. Ibnu Majah).

7. Sesudah shalat, dilanjutkan khutbah

Sesudah mengerjakan shalat, dilanjutkan dengan penyampaian khutbah ‘Id, yang berisikan nasihat dan anjuran berbuat baik, dimulai dengan alhamdulillah.

Sebagaimana hadis riwayat Abu Sa’id al Khudriy: “Dari Abu Sa’id al-Hudriyi berkata: Bahwa Rasul saw keluar pada hari raya idul fitri dan adha ke al-Mushala (tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah salat. Setelah selesai beliau berdiri menghadap para jamaah, sementara mereka duduk bersaf, lalu beliau memberi nasihat, berwasiat dan memerintah mereka. Apabila beliau hendak berhenti, maka berhenti dan bila memerintah sesuatu, maka langsung memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari).