Berbenahlah Polri

Berbenahlah Polri
Direktur tvMu, Makroen Sanjaya/ Foto: Tangkap layar YouTube tvMu Channel.

TVMU.TV - Di tengah hiruk-pikuk berita politik yang kian gaduh, muncul kasus yang menampar wajah penegak hukum terdepan, Kepolisian Republik Indonesia. Sebanyak 18 Polisi dari Polda Metro Jaya, secara berjamaah diduga memeras penonton konser Djakarta Warehouse Project 2024 di Jakarta, medio Desember 2024 lalu. Dalam kasus ini, dua orang perwira menengah berpangkat komisaris besar, dan ajun komisaris besar, AKBP, serta seorang perwira pertama berpangkat ajun komisaris polisi, AKP dipecat dengan tidak hormat. Sedangkan 34 polisi lainnya, dimutasi. Yang mencengangkan, dari kasus ini, uang hasil pemerasan yang disita, berjumlah dua setengah miliar rupiah. Wajah Indonesia di mata dunia pun, turut tercoreng moreng. Karena korban dari tindak pemerasan ini adalah Warga Negara Malaysia.

Lagi-lagi, organisasi Polri, menjadi sorotan publik, secara meluas, dan membuat geram masyarakat pembayar pajak. Institusi korps baju cokelat itu seolah menjadi langganan kasus kriminal, hingga etika. Alih-alih mencetak prestasi mengungkap kasus kakap yang belum terungkap, pelindung dan pengayom rakyat itu, justru dirundung banyak masalah. Sebelum ini, terjadi kasus perwira Polisi menembak mati perwira Polisi sejawatnya di Sumatera Barat. Di Semarang, dan Polisi menembak mati pelajar SMK. Masih segar di memori publik, tahun 2022 lalu, Indonesia juga digegerkan oleh kasus pembunuhan Brigadir Joshua, oleh petinggi Polri, Inspektur Jenderal Ferdy Sambo, yang juga menyeret sejumlah perwira tinggi. Perwira menengah, perwira pertama, hingga Brigadir Polisi yang berjumlah 34 orang anggota Polri. Belum lagi, kasus Kapolda Sumatera Barat Irjen Tedy Minahasa, yang terlibat dalam peredaran narkoba, yang terjadi tahun 2023 lalu. Publik pun bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi di organisasi Polri? Mengapa kasus demi kasus, terus mendera Polri, meski pun pimpinan Polri telah berusaha keras menjaga citranya?.

Dari semua kasus yang melibatkan Polisi, kita apresiasi langkah tegas dan strategis Kapolri dan pimpinan Polri lain, menindak secara administratif, etika dan pidana sekaligus. Melalui mekanisme sidang etika maupun pengadilan pidana, para Jenderal, Kombes, AKBP hingga Bintara Polisi pelaku kriminal, selain dipecat dari dinas, juga tanpa ampun dijebloskan ke penjara. Tetapi rupanya, tindakan tegas terhadap oknum Polisi nakal dan kriminal, tidaklah cukup. Perlu dikaji dari berbagai aspek, untuk melihat lebih komprehensif atas masalah ini. Dikhawatirkan, jumlah oknum Polri nakal dan kriminal yang terungkap, hanyalah fenomena gunung es, yang tampak di permukaan, tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya. Artinya, boleh jadi, Polisi nakal dan kriminal, jauh lebih banyak dari yang terungkap, selama ini.

Kita pun yakin dan percaya, oknum Polisi nakal dan kriminal, jumlahnya segelintir orang, dibanding jumlah anggota Polri yang mencapai 464.000-an personil. Masih terlalu banyak polisi baik, berintegritas, tanpa cela, sekaligus ikhlas mengabdi untuk negara, dan bangsa. Sayang sungguh disayang, jika ratusan ribu Polisi baik, ikut tercemar oleh ulah segelintir oknum, yang merusak citra Polri itu. Polisi baik yang mayoritas, meski layak geram, tetapi tidak perlu terlalu larut dalam situasi. Ingatlah, rakyat Indonesia masih menaruh harapan besar kepada korps baju cokelat. Di tengah deraan masalah yang datang bertubi, citra positif Polri begitu tinggi. Survei Litbang Kompas yang dirilis Juli 2024 menunjukkan, 73,1 persen responden memberi nilai positif.

Tetapi citra positif yang tinggi terhadap Polri, bisa tak bermakna apa-apa, apabila dalam waktu segera, institusi Polri tidak segera berbenah. Perlu dilakukan kajian secara multi-aspek, mulai dari perbaikan sistem rekrutmen, kurikulum pendidikan pembentukan personil, pola pembinaan spiritual dan moral, sistem rotasi, remunerasi, hingga penguatan budaya organisasi. Jadilah Polisi yang kembali ke jati diri sejati, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Polri. Jadilah Bhayangkara negara sejati, ayomi, lindungi, dan layani rakyat, yang adalah tuan-tuan kalian yang sebenar-benarnya. Semua anggota Polri, dari tamtama terendah hingga jenderal penuh, lakukan refleksi diri, bercermin, bertanya, siapa sejatinya anda?. Untuk apa, dan mengapa, anda memilih jadi Polisi?. Sudah tahu, jika jadi Polri, gajinya tidak sebesar karyawan perusahaan skala menengah dan besar. Sadarilah sejak awal, menjadi Polisi adalah profesi mulia, jika amanah.

Para perwira tinggi, hindari gaya hidup ala berjuasi, di tengah kesulitan ekonomi rakyat yang kian menghimpit. Lakukan demistifikasi bahwa menjadi pejabat itu harus hidup mewah. Tirulah gaya hidup Jenderal Hoegeng Iman Santosa, Kapolri di tahun 1968-1971, Jenderal Polisi yang sederhana, yang hingga hari ini namanya harum di hati rakyat Indonesia. Jadilah Hoegeng-Hoegeng di era kini, era yang serba terbuka, dan tak ada satu kasus pun yang terpendam selamanya. Ingatlah, wahai para anggota Polri, anda boleh saja lolos dari pengadilan atau mahkamah dunia, tapi tidak di mahkamah akhirat, kelak. Selama menjadi Polisi, apa saja yang telah anda lakukan, pasti terkuak kelak. Nabi bersabda, “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga dia ditanya mengenai 4 hal: pertama umur, untuk apa ia habiskan. Kedua jasadnya, untuk apakah ia digunakan. Ketiga ilmunya, apakah ia telah amalkan. Keempat hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia dibelanjakan”.

Saksikan Tayangan Editorial tvMu 'Berbenahlah Polri'