Sekilas Sejarah Pendirian Sekolah Rintisan KH Ahmad Dahlan

Sekilas Sejarah Pendirian Sekolah Rintisan KH Ahmad Dahlan
Foto: Istimewa.

TVMU.TV - Tak jauh dari alun-alun Yogyakarta, dekat Masjid Gedhe, terdapat perkampungan Kauman. Kala itu sedang terjadi dualisme sistem pendidikan, antara pendidikan sekuler berbasis sekolah-sekolah yang dikelola oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dengan pendidikan Islam berbasis pesantren-pesantren.

Namun salah seorang pria kelahiran Kauman bernama kecil Muhammad Darwis atau KH Ahmad Dahlan, bereksperimen mendirikan sebuah tempat pendidikan yang memadukan antara pendidikan Islam dan pendidikan modern.

Menurut cerita Yusron Asrofi dalam buku Kyai Haji Ahmad Dahlan: Pemikiran dan Kepemimpinannya, pada waktu itu anak-anak Kauman masih merasa asing pada pelajaran dengan sistem sekolah.

Lalu kemudian KH Ahmad Dahlan mengadakan modernisasi dalam bidang pendidikan Islam, dari sistem pondok yang hanya diajar secara perorangan menjadi secara kelas dan ditambah dengan pelajaran pengetahuan umum. 

Dengan memanfaatkan ruang tamu rumahnya yang berukuran 2,5 meter x 6 meter, putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga KH Abu Bakar ini menjadikan tempat itu sebagai kelas untuk belajar untuk delapan orang siswa.  

Adapun sekolah tersebut menggunakan sistem pendidikan modern seperti di negara-negara Eropa, yakni dengan menggunakan meja, kursi, papan tulis, dan kurikulum integralistik. Kurikulum integralistik adalah kurikulum yang menggabungkan antara metode pendidikan modern barat dengan pendidikan tradisional. 

"Keperluan belajar dipersiapkan sendiri oleh Ahmad Dahlan dengan memanfaatkan dua buah meja miliknya sendiri. Sementara itu, dua buah bangku tempat duduk para siswa dibuat sendiri oleh Ahmad Dahlan dari papan bekas kotak kain mori dan papan tulis dibuat dari kayu suren," bunyi tulisan dari pihak Universitas Muhammadiyah Riau yang dikutip detik.com. 

Rupanya, gagasan menyintesis pendidikan agama dengan pendidikan sekuler dianggap bertentangan dengan tradisi dan agama Islam. Meski ditolak, ulama yang kelak akan menjadi sosok pembaharu dalam pengajaran Islam di Nusantara ini tidaklah goyah. Bahkan, dirinya sampai-sampai mendatangi rumah muridnya yang tak berangkat sekolah. 

Perlahan tapi pasti, enam bulan kemudian siswanya pun bertambah menjadi 20 orang. Berkat usahanya, sekolah yang dirintis oleh suami Nyai Siti Walidah itu mendapat dukungan beberapa pihak. Salah satunya dukungan itu datang dari Budi Utomo. Semakin banyak siswa yang belajar ikut belajar, KH. Ahmad Dahlan lantas memutuskan memindahkan tempat belajar ke serambi rumah miliknya.

Dan pada akhirnya, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah ini meresmikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI) pada 1 Desember 1911 di Kauman, Yogyakarta. Saat diresmikan sekolah tersebut mempunyai 29 siswa.  

Kini, Muhammadiyah telah memiliki amal usahan yang berjumlah sekitar ratusan perguruan tinggi dan universitas, serta ribuan sekolah dari tingkat PAUD hingga SMA sederajat. (Fachri Septian)

Ikuti berita tentang Muhammadiyah dan Aisyiyah lainnya di Google News. Subscribe juga channel YouTube tvMu Channel dan aktifkan lonceng supaya kamu dapat notifikasi video terbaru langsung. Cerdas Mencerahkan.