Tauhid Murni: Kesalehan Pribadi dan Kesalehan Sosial

Tauhid Murni: Kesalehan Pribadi dan Kesalehan Sosial
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir/ Foto: Tangkapan layar youtube tvMu Channel.

TVMU.TV - Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebutkan, cerminan seorang yang bertauhid murni adalah bukan hanya sekedar hafal akan ajaran-ajaran agama Islam, hafal akan asmaul husna, membangun gerakan shalat berjamaah.

Meski penting, lanjut dia, namun ada yang tidak kalah penting yaitu ketauhidan dan patuh akan ajaran tersebut, kemudian dipraktekkan dalam relasi sosial dan menjaga hubungan baik dengan alam. Dengan demikian, ibadah yang dijalani bukan hanya membangun kesalehan pribadi, tapi juga sosial.

“Gerakan salah berjamaah, gerakan salat yang intens anta yang wajib dan sunnah, itu harus disertai dengan gerakan menciptakan salat yang khusyu’, yang melahirkan kesalehan baik dalam kesalehan pribadi maupun kesalehan terhadap orang lain dan lingkungan,”ujar Haedar dalam pengajian Ramadhan 1443 H yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada, Selasa (19/4) kemarin.

Lebih lanjut, Haedar menjelaskan bahwa bila ibadah, terutama yang sifatnya transenden sejalan dengan sikap baik pada laku sosial dan lingkungan, maka disitulah kehidupan Islami relatif mendalam, luas, dan sistematis.

Oleh karena itu, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini mengingatkan kepada warga persyarikatan maupun umat Islam untuk berwaspada dalam bertauhid, karena terkadang jika orang sudah merasa tauhidnya paling benar seringkali menjadikan dirinya merasa paling suci. Bahkan, menjadi sewenang-wenang terhadap orang lain yang keislamannya masih lemah dan belum mantap.

“Tauhid yang di satu pihak habluminallah nya kita semakin kuat, menimbulkan kesalehan. Di pihak lain yang kedua menimbulkan hubungan kemanusiaan yang saleh,” ungkap Haedar.

Selain itu, Haedar juga menyoroti tentang nilai kemanusiaan. Ia nilai kemanusiaan itu Islami, sementara memuliakan manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan itu sudah Islami.

“Pandangan Muhammadiyah dalam relasi gender itu wasathiyah, tidak ekstrim pada pandangan liberal-sekular, yang melihat persoalan itu sebagai konflik tak berkesudahan antara laki-laki dan perempuan,” tandasnya.

Sebaliknya, Muhammadiyah memandang perempuan tidak serta merta seperti kelompok yang rendah. Seorang muslim taat yang mengaku tauhidnya murni, maka sekurangnya dari ibadah yang dijalankan akan berdampak pada dua hal yakni kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news tentang Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah setiap hari di tvmu.tv. Jangan lupa subscribe juga channel YouTbe tvMu Channel dan aktifkan lonceng supaya kamu dapat notifikasi video terbaru langsung. Cerdas Mencerahkan.