Abdul Mu'ti Jelaskan Pluralitas di Form Internasional

Abdul Mu'ti Jelaskan Pluralitas di Form Internasional
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dalam acara International Meeting for Peace Religions and Cultures in Dialog yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant' Egidio di Berlin, German pada Selasa (12/9/2023). Foto: Istimewa.

TVMU.TV - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menyampaikan pluralitas adalah takdir manusia, karena tuhan menciptakan manusia dalam berbagai ras, suku, bahasa, budaya, dan agama.

Demikian hal itu disampaikan Mu'ti dalam acara International Meeting for Peace Religions and Cultures in Dialog yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant' Egidio di Berlin, German pada Selasa (12/9/2023).

Ia menilai perbedaan itu tidak menunjukkan perpecahan, segregasi, dan supremasi satu sama lain, serta keberagaman adalah harta karun.

Menurut Mu'ti, pluralitas adalah landasan sosial, budaya, intelektual, spiritual, dan moral bagi keindahan, perdamaian, kebahagiaan, dan kemakmuran dunia.

Namun pada realitanya, ungkap dia, perbedaan dapat menjadi sumber ketegangan, ketegangan, konflik, atau bahkan peperangan antar budaya, agama, dan bangsa.

Mu'ti mengatakan hal ini terjadi karena konflik kepentingan, sindrom superioritas, keserakahan, ekstremisme, kebencian, dan dominasi kekuasaan. Dia menyebutkan diskriminasi, rasisme, xenofobia, dan perilaku negatif lainnya terhadap orang lain masih terjadi saat ini.

Disisi lain, Mu'ti mengatakan dalam kenyataan bahwa orang-orang dari latar belakang budaya, agama, politik, dan kebangsaan yang berbeda bisa hidup bersama dengan damai.

Selain hidup bersama dengan damai, Guru Besar Bidang Pendidikan Agama Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan masyarakat juga membangun budaya baru dengan cara yang sangat unik.

Terkait hal ini, Mu'ti menyebutkan setidaknya ada lima landasan untuk membangun budaya hidup bersama. Pertama, berpikiran positif terhadap perbedaan dengan keyakinan bahwa perbedaan adalah fitrah manusia dan kehendak Tuhan.

Kedua, menerima orang lain dengan penuh rasa hormat dan ikhlas. Ketiga, menggali nilai-nilai kebersamaan, bertoleransi, dan memberikan akomodasi bagi orang lain dengan penuh pengertian.

Keempat, membangun kesamaan berdasarkan kesamaan kepentingan, manfaat, dan kemitraan bersama. Kelima, bekerja sama untuk kepentingan bersama dan kebaikan dengan berbagi, menerima, dan peduli pada masyarakat.

Dalam membangun budaya hidup bersama, Mu'ti menilai pentingnya pendidikan inklusif. Baginya, perlu membuka pintu pendidikan bagi semua orang tanpa adanya diskriminasi, pengucilan, dan penolakan atas dasar agama, budaya, ras, dan kelas sosial.

Selain itu, Mu'ti berpendapat penting untuk menjadikan sekolah sebagai titik pertemuan dan titik mengintensifkan interaksi, dan pemahaman lintas budaya serta memungkinkan siswa merasakan hidup bersama dengan orang lain dari latar belakang berbeda.

VIDEO: Pertemuan Muhammadiyah dengan PM Malaysia