Buka Rakornas LDK PP Muhammadiyah, Haedar Nashir Berharap Adanya Perubahan Mindset dan Paradigma Dakwah

Buka Rakornas LDK PP Muhammadiyah, Haedar Nashir Berharap Adanya Perubahan Mindset dan Paradigma Dakwah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir membuka Rakornas LDK PP Muhammadiyah di UMS, Jumat (25/8). Foto: Instagram @haedarnashirofficial.

TVMU.TV - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menghadiri dan membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jumat (25/8).

Dalam sambutannya, ia menyampaikan kesuksesan gerakan dakwah berbasis komunitas ditentukan oleh kekayaan paradigma, kematangan strategi, dan gerakan yang adaptif sekaligus inklusif dalam praksisnya di lapangan.

Oleh karena itu, Haedar Nashir berharap adanya perubahan mindset dan paradigma dakwah berbasis komunitas di Muhammadiyah yang lebih kontekstual, transformatif, dan sesuai dengan objek dakwah yang beragam.

“Dakwah komunitas tidak mungkin kita lakukan jika kita tidak mentransformasi paradigmanya,” tegasnya.

Lebih lanjut, Haedar menyebutkan bahwa basis gerakan komunitas telah dirintis oleh KH Ahmad Dahlan dan penggerak Muhammadiyah generasi awal. Misalnya dengan pendirian PKO, panti sosial, rumah yatim, rumah sakit, hingga lembaga pendidikan.

Semua institusi itu, ujar Haedar, berasal dari kekayaan paradigma Muhammadiyah dalam menafsir ulang Alquran dan hadis yang tidak normatif, dogmatis, dan sekadar teosentris sehingga gagasan yang dilahirkan oleh Kiai Ahmad Dahlan bersifat melampaui zaman (breaktrough). 

Haedar menambahkan, tradisi ini sempat mengalami penyempitan fokus pada amar makruf nahi munkar semata, sehingga paradigma dakwah Muhammadiyah yang kaya mengalami kesan stagnasi. Padahal tujuan Muhammadiyah sebagai gerakan tidak hanya amar makruf nahi munkar saja, tapi juga pada aspek tajdid (pembaruan).

Untuk memperkuat corak gerakan dakwah komunitas, Haedar meminta pimpinan dan dai-dai di LDK Muhammadiyah merujuk pada dokumen-dokumen ideologi dan pemikiran Persyarikatan, khususnya pada Risalah Pencerahan, Risalah Islam Berkemajuan, termasuk gagasan GJDJ.

Dia juga berharap supaya paradigma LDK beranjak dari kecenderungan lil-mu’aradhah (reaktif) pada paradigma dan pendekatan yang lil-muwajahah (konstruktif dan solutif) terhadap realitas di lapangan yang tidak selamanya ideal, agar memiliki jangkauan yang luas.

Disisi lain, Haedar menegaskan pertimbangan strategi dakwah pun harus memiliki basis yang kaya sesuai Manhaj Tarjih; Bayani (teks/dalil), Burhani (ilmu pengetahuan), dan Irfani (hikmah).

“Jadi kalau mau ke dakwah komunitas, mindset kita harus berubah dalam memahami ayat dan hadis, lalu kontekstualisasinya harus bersifat sesuai dengan konsep pencerahan kita, yakni pembebasan, pemberdayaan, dan pemajuan,” sebutnya.

Menuju perubahan paradigma dakwah komunitas, Haedar menyebutkan Muhammadiyah memiliki modal melimpah berdasar pada corak yang dibangun oleh KH Ahmad Dahlan.

Salah satunya adalah hubungan komplementer antara konsep amar makruf nahi munkar sebagaimana dalam Surat Ali Imran ayat 104 dengan gagasan khairu ummah pada Surat Ali Imran ayat 110.

Haedar menjelaskan, khairu ummah sendiri dicirikan oleh Ibn Katsir sebagai umat tengahan yang menjadi saksi bagi umat manusia melalui kemanfaatan yang diberikannya.

“Ini konsep progresif sekali. Maka perlu perubahan. Nah, memahami ini penting bagi para pimpinan, khususnya yang bergerak di LDK agar paradigmanya tidak paradigma lama,” ucapnya.

Jika perubahan paradigma dilakukan, Haedar optimistis dakwah Muhammadiyah semakin mengakar dan menjangkau masyarakat luas.

“Jadi mohon dengan sangat, kita ubah mindset kita tentang dakwah, lebih-lebih menyangkut dakwah komunitas. Jangan lagi pakai disket (metodologi) lama, nggak cocok,” pesannya.

VIDEO: Pembukaan Rakornas Lembaga Dakwah Komunitas PP Muhammadiyah