Haedar Nashir: Tidak Boleh Ada Kekuatan Golongan yang Merasa Paling Indonesia

Haedar Nashir: Tidak Boleh Ada Kekuatan Golongan yang Merasa Paling Indonesia
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir/ Foto: tvmu.

TVMU.TV - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan warga Muhammadiyah agar mawas diri dan insaf bahwa Indonesia lahir dari perjuangan semua golongan, agama, dan keyakinan, walaupun pembentukan Republik Indonesia didominasi oleh puluhan kader Muhammadiyah.

Adapun kader Muhammadiyah tersebut yakni, Ir. Soekarno, Soedirman, Ir. Djuanda, Ki Bagus dan lainnya.

Hal ini disampaikan Haedar karena semakin mengkhawatirkannya fenomena polarisasi primordial berbasis kelompok dalam acara konsolidasi kebangsaan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) di Dome UMM, Senin (5/9).

“Sebuah kelompok entah latar belakang agama atau entah yang lain ketika dia berambisi besar untuk menguasai negara, intinya bahwa sebuah golongan ingin menguasi negara termasuk di dalamnya memaksakan mazhabnya nanti akan terjadi mihnah (ujian) ala sebuah negara modern," jelasnya.

"Saya pikir ini juga tidak boleh terjadi di mana nanti akan ada kekuatan golongan yang merasa paling Indonesia, merasa Indonesia miliknya, merasa kementerian miliknya, merasa apapun menjadi miliknya. Dan kita pun tidak boleh seperti itu,” sambung Haedar.

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menilai kecenderungan itu muncul karena aspirasi primordial dari setiap kelompok yang saling berlomba-lomba dan berebut untuk memperoleh sumber daya, eksistensi dan aktualisasi.

Menurut dia, jika keragaman ini tidak bisa dikelola dengan baik, termasuk tidak adanya sikap kenegarawanan, maka dikhawatirkan akan terjadi adalah konflik ideologi atas nama primordialisme dan gangguan bagi proyeksi masa depan Indonesia.

“Itu bisa menjadi titik bagi terpecahnya kebersamaan bahkan menjadi ancaman bagi ideologi dasar Pancasila,” ucap Haedar.

“Jika percikan-percikan ini tidak dikelola dengan baik dan tidak memperoleh posisi dalam sistem konstruksi dan hukum, maka juga akan menjadi peluang bagi disintegrasi (Indonesia),” sebutnya.

VIDEO: Semarak Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah