Hukum Ramalan Zodiak dan Praktik Perdukunan Digital, Bolehkah Percaya?

Hukum Ramalan Zodiak dan Praktik Perdukunan Digital, Bolehkah Percaya?
Ilustrasi/ Foto: Freepik.com.

TVMU.TV - Bolehkah percaya pada ramalan zodiak dan praktik perdukunan digital?

Dalam masyarakat kita, sebagian masih ada yang percaya dengan ramalan yang dilakukan peramal, dukun, kadang disebut juga orang pintar. Adapun jenis ramalan sendiri bermacam-macam, ada ramalan jodoh, ramalan karier, ramalan nasib, ramalan shio, dan zodiak.

Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Ruslan Fariadi menjelaskan dalam bahasa Arab, istilah Ramalan sepadan artinya dengan kata kahuna-yakhinu yang berarti perdukunan. Lalu Istilah lainnya adalah ‘Arraf (tukang ramal) dan Munajjim (ahli nujum).

Lebih lanjut, ia mengatakan Dukun atau Kahin yaitu orang yang memberitakan hal-hal yang gaib yang akan terjadi. Menurut Ibnu Taimiyah, kata Ruslan, ketiga istilah Kahin, ‘Arraf, dan Munajjim, memiliki makna yang sama (sinonim) yaitu ramalan dan perdukunan.

Ditengah masyarakat saat ini, Ruslan Fariadi menyampaikan istilah dukun memiliki makna positif dan negatif. Misalnya, “Dukun Beranak atau Dukun Bayi”. Makna istilah itu adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan serta perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.

Dalam pengertian yang negatif, Ruslan menerangkan dukun merupakan orang yang mengaku mampu mengetahui kejadian yang akan datang (baik atau buruk), mengetahui hal-hal yang gaib serta sesuatu yang ada di dalam hati orang lain, dengan cara-cara yang dilarang oleh agama.

“Korban dari pedukunan tidak hanya masyarakat biasa. Dari pejabat hingga penjahat jadi korban. Para pengusaha baik kecil, menengah, bahkan yang telah besar. Kalangan profesional dan intelektual tidak luput jadi korban perdukunan,” jelas Ruslan dalam program Pengajian Tarjih Muhammadiyah dengan tema 'Hukum Percaya pada Ramalan Zodiak dan Praktik Perdukunan Digital' pada Rabu (11/1).

Selanjutnya, Ruslan menyebutkan faktor maraknya perdukunan disebabkan oleh lemahnya iman, tidak mengerti agama, malas berusaha dan ikhtiar, korban iklan, cinta-benci yang berlebihan, dan peran media.

Untuk mendapat konsumen, ia mengatakan praktik perdukunan juga mengalami metamorposis istilah, dari dukun menjadi para normal, orang pintar, hingga saat ini kadang disebut ahli spiritual.

Selain itu, Ruslan mengatakan peran media cetak, elektronik dan media sosial juga membuat praktik perdukunan semakin populer dan diminati oleh berbagai lapisan masyarakat. Bahkan berbagai sinetron yang menampilkan dunia mistis baik secara vulgar maupun dengan kemasan religi, semakin membodohi masyarakat. Menurutnya, tidak sedikit masyarakat awam yang berkeyakinan bahwa para dukun tersebut benar-benar hebat.

“Di sinilah dibutuhkan peran agama dan para tokohnya untuk melakukan peran purifikasinya dalam rangka mensterilkan akidah umat dari berbagai penyimpangan dan kesyirikan yang dapat membatalkan ketauhidan mereka,” sebut Ruslan.

Ruslan mengatakan sebagaimana disebutkan dalam Fatwa Tarjih bahwa ramalan zodiak termasuk bagian dari perdukunan. Bahkan tak jarang, banyak orang meyakini nasib baik dan buruknya berdasarkan ramalan tersebut.

Kini, lanjutnya, ramalan zodiak semakin popular di kalangan sebagian masyarakat, karena dikemas dengan berbagai media teknologi informasi (perdukunan digital).

Dalam hal ini, para “aktivis perdukunan” berusaha untuk memodernisasi diri dengan melakukan modifikasi dan kreasi-inovatif sesuai dengan kemajuan dan perkembangan teknologi.

“Bentuk perdukunan digital ini banyak ada zodiak, horoskop, perbintangan, sio hewan, feng -shui, mitologi, membaca abjad/kartu arah rumah, suara binatang tertentu, karma, permainan jaelangkung, dan lain-lain,” terang Ruslan.

Ruslan mengatakan, sikap terbaik terhadap ramalan zodiak ialah tidak perlu percaya sekalipun benar terjadi. Pasalnya mempercayai ramalan seperti itu akan membawa dampak yang serius seperti masuk dalam dosa besar, durhaka kepada Allah SWT, tidak diterima salat, racun dalam amal saleh, tidak diampuni, pengikut setan, dan hal tersebut masuk dalam tujuh hal yang membinasakan.

Sebagaimana dalam hadis riwayat Abu Hurairah RA., Nabi SAW. bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang wanita mu’min yang suci berbuat zina”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

VIDEO: Hukum Percaya pada Ramalan Zodiak dan Praktik Perdukunan Digital