Abdul Mu'ti Dorong Masyarakat Indonesia Tingkatakan Budaya Literasi

Abdul Mu'ti Dorong Masyarakat Indonesia Tingkatakan Budaya Literasi
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti dalam program Kolak tvMu dengan tema 'The Power of Reading' yang disiarkan di TV Muhammadiyah, Kamis (6/4). Foto: Tangkap layar YouTube tvMu Channel.

TVMU.TV - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menyebutkan masyarakat Indonesia lebih suka mendengar dan ngobrol daripada membaca.

“Orang Indonesia itu kan paling suka ngobrol kan? kayak heboh aja. Kalau ngobrol yang penting enggak apa-apa, tapi kadang-kadang ngobrolnya enggak penting sehingga orang Indonesia itu di mana-mana kan ngobrol,” kata Mu'ti dalam program Kolak tvMu dengan tema 'The Power of Reading' dikutip dari tayangan YouTube tvMu Channel, Kamis (6/4).

Menurut dia, hal ini harus diubah dengan yang lebih produktif, yaitu budaya membaca berbagai hal yang positif dari bacaan yang ringan, lalu meningkat ke karya sastra, buku filsafat, atau hasil penelitian.

“Sehingga karena itu maka membaca itu juga tidak harus banyak tidak harus banyak, yang penting rutinitasnya itu rutinitas membaca sehingga karena itu maka kalau kita punya kebiasaan membaca maka kita akan menjadi orang yang senantiasa mengupdate ilmu,” ujarnya.

Mu'ti menilai mengubah kebiasaan memang berat, namun bangsa Indonesia harus memulainya, terutama bagi umat Islam dan warga Muhammadiyah. Terlebih, lanjutnya, pada surat Al-Alaq ayat 1-5 umat Islam didorong agar umat Islam menjadi masyarakat ilmu atau komunitas terdidik.

“Kemudian, membaca itu juga memikirkan, merenungkan. Sehingga dalam proses membaca itu tidak sekedar reading out loud ya, tidak sekadar kita membaca sesuatu dengan dengan keras gitu, tetapi kita membaca yang kita tuh memikirkan ini maksudnya apa? bacaan ini isinya apa? maknanya apa? dan itu menjadi bagian dari proses membaca,” jelasnya.

Dia pun optimistis jika membaca telah menjadi kebiasaan masyarakat, maka bangsa Indonesia akan lebih mudah maju dan bersaing sebagai bangsa yang lebih beradab. Sebaliknya, jika masyarakat masih kuat dalam tradisi ngobrol dan minim literasi, maka posisi Indonesia akan sulit bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

“Kalau orang itu bicara terus, omdo, omong doang, memang tidak menimbulkan dan tidak melahirkan jejak-jejak budaya dan peradaban sehingga karena itu maka perintah membaca menjadi bagian dari tonggak penting bagaimana peradaban Islam dibangun dan bagaimana peradaban manusia itu menjadi bagian dari proses yang konstruksinya dalam budaya masyarakat itu adalah budaya baca,” terang Mu'ti.

Dipersembahkan oleh:

VIDEO: Kolak 'The Power of Reading'