Jadi Imam dan Khatib di Pelataran Masjid Gedhe Kauman, Din Syamsuddin: Idulfitri Adalah Momentum Perubahan

Jadi Imam dan Khatib di Pelataran Masjid Gedhe Kauman, Din Syamsuddin: Idulfitri Adalah Momentum Perubahan
Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2010 dan 2010-2015, Din Syamsuddin menyampaikan khutbah salat Idulfitri 1445 H di Pelataran Masjid Gedhe Kauman, Kota Jogja, Rabu (10/4). Foto: Tangkap layar YouTube Masjid Gedhe Kauman Official.

TVMU.TV - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah 2005-2010 dan 2010-2015, Din Syamsuddin menjadi imam dan khatib salat Idulfitri 1445 H di Pelataran Masjid Gedhe Kauman, Kota Jogja, Rabu (10/4).

Dalam khotbahnya, ia mengatakan Idulfitri adalah momentum perubahan bagi umat muslim. Pertama dan utama adalah kembali ke fitrah kemanusiaan sejati, yaitu kepribadian suci dan kuat.

"Kepribadian inilah yang terlahir dari shaimin dan shaimat, yaitu mereka yang telah menempuh pelatihan Ramadhan sebulan penuh dengan penuh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT," ujar Din Syamsuddin.

Lebih lanjut, Din Syamsuddin mengatakan ibadah-ibadah Ramadan memiliki dua fungsi utama, yaitu penyucian diri (tazkiyat al-nafs atau self refinement), dan penguatan diri (tarqiyat al- nafs atau self empowerment).

Dikatakannya, selama sebulan penuh para shaimin dan shaimat menyucikan jiwa dari segala noda dan dosa, dengan meningkatkan hubungan dengan Allah SWT melalui puasa, qiyamul lail, dzikir, i'tikaf, dan lain sebagainya.

Kemudian selama sebulan penuh pula, para shaimin dan shaimat meningkatkan kapasitas diri, dengan menampilkan jati diri yang sejati sebagai manusia dengan potensi-potensi positif dan konstruktif, untuk kehidupan.

Menurut Din Syamsuddin, hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan berbagi terhadap sesama, mengembangkan solidaritas dan kesetiakawanan sosial, serta budaya silaturahmi.

"Dari kedua fungsi ibadah Ramadan tadi diharapkan kaum beriman kembali menemukan fitrah kemanusiaannya yang sejati," ungkapnya.

Din Syamsuddin mengatakan fitrah kemanusiaan ini akan menampilkan kepribadian paripurna, yaitu kepribadian yang bernafaskan akhlak mulia. Baginya, seseorang yang mampu mencapai tingkat kepribadian paripurna ini adalah orang yang berhasil meraih puncak keberagamaan, yaitu akhlak mulia.

"Akhlak mulia adalah hakikat sekaligus muara keberagamaan. Oleh karena itu, Ramadan yang kita lalui sebulan yang lalu bukanlah tujuan terakhir. Ramadan hanyalah jalan dan tonggak pendakian menuju puncak atau tujuan," ucapnya.

"Puncak dan tujuan itu adalah meraih akhlak mulia. Keberagamaan sejati haruslah mampu membuahkan akhlak mulia," sambung Din.

Meski demikian, Din Syamsuddin menekankan akhlak mulia dalam pandangan Islam tidak hanya mengenai nilai-nilai etika kesusilaan seperti berlaku baik, sopan, dan santun terhadap sesama, tetapi juga menyangkut nilai-nilai etos sosial seperti kerja keras, kerja cerdas, kerja sama, daya juang, dan daya saing serta cenderung melakukan amar makruf nahi munkar, dan orientasi kepada kemajuan dan keunggulan.

Saksikan Live Streaming Salat Idulfitri 1 Syawal 1445 H di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS