Majelis Pustaka dan Informasi PWM Sulsel Bedah Buku Jalan Baru Moderasi Beragama

Majelis Pustaka dan Informasi PWM Sulsel Bedah Buku Jalan Baru Moderasi Beragama
Majelis Pustaka dan Informasi PWM Sulsel mengadakan bedah buku 'Jalan Baru Moderasi Beragama' (Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir)” di Red Corner Cafe dan disiarkan secara langsung tvMu, Sabtu (6/4). Foto: Tangkap layar YouTube tvMu Channel.

TVMU.TV - Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan (Sulsel) mengadakan bedah buku 'Jalan Baru Moderasi Beragama' (Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir)” di Red Corner Cafe dan disiarkan secara langsung tvMu, Sabtu (6/4).

Acara tersebut dihadiri beberapa narasumber yakni Ketua PP Muhammadiyah Irwan Akib, Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi, serta dua penulis atau kontributor dalam buku tersebut yaitu Andi Afdal Abdullah dan Abdul Azis dosen IAIN Bone.

Ketua MPI PWM Sulsel, Hadisaputra mengungkapkan bahwa buku tersebut membahas pemikiran Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengenai moderasi beragama dan keindonesiaan.

Dia menilai pentingnya pemahaman Islam yang moderat dan serta nilai-nilai moderasi, toleransi, dan kemajuan dalam kehidupan beragama dan berbangsa.

“Buku ini membahas peran serta kontribusi Muhammadiyah dalam dialog kebangsaan dan keagamaan di Indonesia, sekaligus menawarkan perspektif baru terkait moderasi beragama sebagai dasar untuk menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan inklusif,” jelas Hadi.

Ia melanjutkan, bahwa Haedar Nashir kerap mengkritik pandangan yang menganggap moderasi beragama hanya sebagai bagian dari agenda deradikalisasi.

“Pak Haedar menegaskan pentingnya pemahaman tentang moderasi yang sejati, yang melampaui interpretasi sempit dan mengakui keragaman dalam pemikiran Islam,” ungkap Hadi.

Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Irwan Akib mengungkapkan bahwa sosok Haedar Nashir adalah aktivis yang lahir dari rahim Muhammadiyah.

“Kematangan Pak Haedar dalam memahami Persyarikatan sangatlah mumpuni,” ungkapnya.

Irwan juga menyebutkan bahwa sisi lain Haedar Nashir sulit ditemukan di antara sekian banyak aktivis dan Pimpinan Muhammadiyah.

“Sosok Haedar Nashir sangat memahami sosiologi masyarakat Indonesia, tidak banyak tokoh yang memahami struktur masyarakat Indonesia, selain beliau memahami dari aspek sosiologi, pendekatan antropologi masyarakat Indonesia juga beliau sangat memahami,” tuturnya.

Menurut Irwan, kemampuan Haedar Nashir tersebut tidak terlepas dari pengalaman beliau yang sejak masih muda aktif menulis dan menjadi jurnalis.

“Sehingga bisa dikatakan Pak Haedar adalah manusia pembelajar, wawasannya sangat luas, pemahamnya tentang Islam sangat mendalam, apalagi soal Muhammadiyah. Label ke beliau sebagai ideolog Muhammadiyah sangat pantas disematkan, bagaimana kemudian Ia mengimplementasikan ilmunya dalam memimpin Muhammadiyah,” terangnya.

Terkait pemahaman Haedar Nashir soal moderasi beragama, Irwan mengatakan hal itu telah disampaikan secara gamblang di pidato pengukuhan guru besar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta beberapa waktu lalu.

“Konsep moderasi beragama yang digagas oleh Pak Haedar menggambarkan bagaimana masyarakat Indonesia  adalah masyarakat yang moderat, siap berbeda, dan mampu menerima perbedaan, yang dalam kehidupan menjalankan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila,” urai Irwan.

Saksikan Study Talk Majelis Pustaka dan Informasi PWM Sulawesi Selatan