Mengenal Kurikulum Merdeka, Pengganti Kurikulum Prototipe

Mengenal Kurikulum Merdeka, Pengganti Kurikulum Prototipe
Merdeka Belajar/ Foto: Istimewa.

Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim meluncurkan kurikulum baru bernama Kurikulum Merdeka pada Jumat (11/2/2022) lalu. Kurikulum tersebut merupakan pengganti Kurikulum Prototipe.

“Saya senang sekali hari ini bisa meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai solusi pemulihan pembelajaran dan memperbaiki kualitas pendidikan kita,” ujar Nadiem saat peluncuran secara daring.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, kurikulum ini jauh lebih sederhana untuk menunjang efektifitas pembelajaran. Terlebih, efek pandemi Covid-19 menyebabkan banyaknya perubahan yang berakibat learning loss atau menurunnya kemampuan pembelajaran pada siswa.

"Efek pandemi Covid-19 menyebabkan berubahnya struktur pembelajaran. Hal ini menyebabkan adanya learning loss yang sangat signifikan," terang Nadiem.

Selain itu, Nadiem menganggap Kurikulim Merdeka merupakan langkah mengejar ketertinggalan akibat pandemi Covid-19. Sedangkan Kurikulum Merdeka rencanananya akan mulai digunakan mulai tahun ajaran 2022/2023 di jenjang TK, SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi.

Mantan Bos Gojek ini menerangkan, inti dari Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar. Lalu konsep ini dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing.

Dia pun mencontohkan, bila dua anak dalam satu keluarga memiliki minat yang berbeda, maka tolak ukur yang dipakai untuk menilai tidak sama. Di sisi lain, lanjutnya, anak juga tidak bisa dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak disukai.

Nadiem pun menambahkan, salah satu keunggulan dalam Kurikulum Merdeka ini yakni tidak adanya lagi jurusan atau konsentrasi seperti IPA, IPS, atau Bahasa. Terkait hal ini, siswa bisa bebas memilih mata pelajaran yang diminatinya selama dua tahun terakhir saat SMA.

Keunggulan Kurikulum Merdeka

​​​​​​Secara konsep, dalam Kurikulum Merdeka ini terdapat tiga keunggulan  dasar untuk murid, guru, dan sekolah.

Pertama, materi yang diajarkan lebih sederhana, tapi mendalam. Dalam hal ini, Kurikulum Merdeka akan fokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi siswa sesuai fasenya.

Sementara  itu, para guru juga memiliki kesempatan untuk mendalami materi pelajaran, maka tidak terburu-buru untuk berpindah ke materi berikutnya. Dengan metode ini, peserta didik dapat memahami konsepnya lebih mendalam.

Kedua, Kurikulum ini lebih merdeka. Jadi, tidak ada peminatan atau jurusan pada siswa sekolah menengah atas (SMA).

“Peserta didik dapat memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya di dua tahun masa SMA,” jelas Nadiem.

Untuk para guru, Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan dalam mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik. Tak hanya itu, sekolah juga diberikan kewenangan untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum sesuai dengan karakteristik masing-masing.

Ketiga, Kurikulum Merdeka lebih relevan dan interaktif. Model pembelajaran di kurikulum tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan berbasis proyek di dalam kelas. Nantinya, peserta didik akan mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan saat lulus sekolah, seperti bekerja dalam kelompok dan menghasilkan suatu karya.

Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Sebelumnya

Mulai tahun ajaran 2022/2023, penerapan Kurikulum Merdeka ini tidak hanya akan dikhususkan pada satuan pendidikan tingkat SMA/sederajat saja. Namun, kurikulum ini juga bisa mulai digunakan pada tingkat lainnya, seperti TK, SD, SMP, hingga Perguruan Tinggi (PT). Tentunya, penerapan kurikulum ini memiliki perbedaan pada masing-masing jenjang.

Kurikulum Merdeka di Tingkat SD

Sebelum membahas kurikulum di tingkat SD, diketahui Merdeka Belajar di tingkat PAUD/TK maksudnya adalah merdeka untuk bermain. Sedangkan implementasi Kurikulum Merdeka di tingkat PAUD/TK yaitu mengajak anak bermain sambil belajar, tidak terlalu berbeda dengan kurikulum sebelumnya.

Mengenai Kurikulum Merdeka di tingkat SD, ada beberapa perbedaan dalam hal mata pelajaran (mapel) di dalam konsep ini. Perbedaan tersebut di antaranya, penggabungan mapel IPA dan IPS menjadi satu (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial), kemudian menjadikan bahasa Inggris yang sebelumnya merupakan mapel muatan lokal (mulok) menjadi mapel pilihan.

Kurikulum di Tingkat SMP

Tak jauh berbeda dengan tingkat SD, Kurikulum Merdeka Belajar di tingkat SMP juga terdapat perubahan status beberapa mapel. Dalam hal ini, mapel Teknologi Informasi dan Komunikasi(TIK) menjadi mapel wajib. Sedangkan pada kurikulum sebelumnya, mapel ini hanya sebagai pilihan. Dengan demikian, nantinya di semua jenjang SMP wajib memiliki mapel Informatika.

Kurikulum Merdeka di Tingkat SMA

Seperti yang telah disinggung di awal, penerapan Kurikulum Merdeka di tingkat SMA memungkinkan para siswa tidak akan lagi dibeda-bedakan dengan berbagai kelompok, seperti IPA, IPS, maupun Bahasa.

Setelah itu di tingkat SMK, model pembelajaran akan dibuat menjadi lebih sederhana, dengan 70 persen mapel kejuruan dan 30 persen mapel umum.

Selanjutnya, pada akhir masa pendidikannya, para siswa diharuskan untuk menyelesaikan suatu esai ilmiah seperti para mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas akhir atau skripsi saat akan lulus studi. Hal ini untuk mengasah kemampuan para siswa untuk dapat berpikir kritis, ilmiah, dan analitis.

Kurikulum Merdeka di Tingkat PT

Pelaksanaan Kurikulum Merdeka di tingkat Perguruan Tinggi pun memiliki beberapa perbedaan kurikulum sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa diberi kesempatan untuk mempelajari sesuatu di luar program studi yang ditempuhnya. Misalnya, pertukaran mahasiswa, penelitian, proyek independen, wirausaha, menjadi asisten pengajar, juga Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik untuk membangun desa.

Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Belajar

Adapun kelebihan yang paling nampak dari penerapan kurikulum ini adalah adanya proyek tertentu yang harus dilakukan oleh para peserta didik, sehingga dapat membuat mereka menjadi lebih aktif dalam upaya mengeksplorasi diri. Kemudian, kurikulum ini juga lebih interaktif dan relevan mengikuti perkembangan zaman.

Walaupun begitu, penerapan Kurikulum Merdeka tak lepas dari berbagai kekurangan. Seperti kurangnya persiapan dalam kurikulum ini. Hal itu terlihat dari masih kurangnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melaksanakan kurikulum ini.

Pendaftaran Kurikulum Merdeka

Penerapan Kurikulum Merdeka ini bersifat opsional, Kemendikbudristek membuka pendaftaran Kurikulum Merdeka mulai tanggal 11 Februari sampai 31 Maret 2022.

Sebelum menerapkan Kurikulum Merdeka, Kepala Sekolah maupun Kepala Madrasah dapat mendiskusikan dengan guru atau yayasan tentang kesiapan sekolah dalam mengimplementasikannya.

Lalu terdapat 3 tahapan pendaftaran Kurikulum Merdeka yang harus dilalui yaitu, memilih akun pendaftaran bagi Kepala Sekolah dan Kepala Madrasah, Menyaksikan video mengenai Kurikulum Merdeka serta Menyelesaikan Kuesioner. 

Demikian ulasan mengenai Kurikulum Merdeka Belajar. Mudah-mudahan dapat memberikan khazanah pengetahuan baru bagi Anda semuanya sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari demi dapat mendukung lancarnya penerapan kurikulum pembelajaran di negeri ini. (Fachri Septian)