Mengintip Geliat Ekonomi Politik Komunikasi Atas Fenomena "SCBD" Citayem Fashion Week
Oleh: Fini Auliany*
Baru-baru ini ramai diperbincangkan mengenai banyaknya anak muda yang nongkrong di sekitar kawasan Dukuh Atas, Sudirman Jakarta Pusat dengan menggunakan pakaian atau fashion yang unik dan mencuri perhatian.
Sebagian anak muda atau remaja yang ada disana berkumpul dengan menggunakan outfit kekinian, mereka dengan penuh percaya diri menampilkan gaya dan identitasnya masing-masing di Jalan yang kini dikenal dengan sebutan SCBD Citayem Fashion Week.
SCBD yang dimaksud bukan lah singkatan dari Sudirman Central Business District melainkan SCBD yang ini singkatan dari Sudirman Citayem Bojong gede dan Depok. Karena ternyata banyaknya anak muda atau remaja yang berkumpul disana dengan berbagai pakaian fashion yang unik adalah berasal bukan dari Jakarta melainkan dari daerah sekitaran pinggiran Jakarta yaitu dari Citayem, Bojong gede ataupun Depok.
Dan yang tak kalah menarik adalah mereka dengan bangga dan penuh percaya diri berlenggak lenggok layaknya model profesional di kawasan jalan Jendral Sudirman tersebut, tepatnya di Zebra Cross Dukuh Atas berbatasan dengan halte BNI City dan juga stasiun Sudirman.
Maka kemudian aksi para remaja atau anak muda ini difoto dan divideokan oleh banyak orang yang lewat hingga viral di jagad media sosial Instagram dan Tiktok. Kemeriahan fashion show ini dikenal dengan “SCBD’ Citayem Fashion Week.
Pada mulanya aksi fashion show di jalanan atau yang lebih dikenal dengan Fashion Street ini menuai banyak cibiran baik dari orang-orang sekitar yang memang bekerja atau beraktivitas di area seputaran Sudirman tersebut. Cibiran pun juga ramai dilontarkan oleh warganet.
Namun seiring berjalannya waktu cibiran itupun hilang dan berganti dengan tren baru yaitu kongkow atau nongkrong di SCBD Citayem Fashion Week.
Hal ini berkembang menjadi tren karena pemberitaan yang terus menerus dan berulang oleh media, hadirnya fenomena SCBD Citayem Fashion Week ini erat kaitannya dengan Ekonomi Politik Komunikasi yang dilakukan oleh media berdasarkan teori dari Vincent Moskow, dimana salah satu inti dari Ekonomi Politik Komunikasi yaitu adalah mengenai komodifikasi.
Komodifikasi berhubungan dengan bagaimana proses transformasi barang dan jasa beserta nilai gunanya menjadi suatu komoditas yang mempunyai nilai tukar di pasar.
Komodifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh media massa dalam merubah segalanya agar dapat dijadikan sebagai alat penghasil keuntungan. Menurut Vincent Moskow terdapat tiga bentuk komodifikasi dalam media, yakni :
- omodifikasi Isi yaitu mengubah pesan dan sekumpulan data ke dalam system makna sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang dapat dipasarkan.
- Komodifikasi khalayak yakni proses mdia menghasilkan khalayak untuk kemudian menyerahkannya kepada pengiklan.
- Komodifikasi tenaga kerja, yakni proses pemanfaatan pekerja sebagai penggerak kegiatan produksi, sekaligus distribusi dalam rangka menghasilkan komoditas barang dan jasa.
Dalam uraiannya disebutkan Komodifikasi terhadap konten dilakukan agar dapat menarik perhatian penonton, sehingga terkait pada bagaimana konten tersebut digunakan untuk pemosisian periklanan (akibat banyak penonton yang mengikuti sebuah program/ tayangan) dalam hal ini di media sosial, sehingga memicu kegiatan tersebut pada pemasukan untuk perusahaan.
Komodifikasi ekonomi pada fenomena SCBD Citayem Fashion Week dapat dilihat dari pemberitaan yang gencar dilakukan oleh media yang mengangkat tidak hanya soal pemberitaan atau peristiwa yang kini sedang berkembang disana, tapi juga sisi lain dari fenomena tersebut, yaitu seperti :
- Pemberitaan yang massive mengenai fashion atau model pakaian yang dipakai oleh anak-anak muda dalam SCBD Citayem Fashion Week tersebut, yang menghadirkan trend fashion baru yang terus gencar diangkat dalam angle pemberitaan yang menarik audience untuk membaca, dan mengklik berita tersebut sehingga menaikkan traffic media online yang memberitakan, Jika pemberitaan tersebut ditayangkan dalam bentuk video dan viral hal ini pun mendatangkan keuntungan bagi media yang memberitakan tersebut dengan banyaknya viewer dan likes sehingga membuat pengiklan tertarik untuk meningkatkan kerjasama iklan di media tersebut yang hasilnya mendatangkan keuntungan bagi pemilik media tersebut.
- Hadirnya produk andalan SCBD Citayem Fashion Week. Fenomena trend fashion SCBD Citayem Fashion Week ini kemudian dilahirkan dalam suatu produk tertentu yang terus digencarkan oleh media hingga menjadi viral dan kemudian diwujudkan oleh perusahaan ritel tertentu menjadi suatu produk andalan, seperti misalnya Jaket ala Bonge Citayem, Baju kemeja flannel kotak-kotak khas Kurma (anak muda mascot Citayem Fashion Week) ataupun Kaos Hitam khas Jeje Slebew dan yang menunjukkan identitas bahwa model-model pakaian tersebut merupakan atribut atau identitas resmi dari SCBD Citayem Fashion Week yang belum sah rasanya kalau tidak mengikuti fashion khas dari idola yang kini tengah viral tersebut. Ini merupakan komodifikasi konten yang digulirkan oleh media dari fenomena SCBD Citayem Fashion Week.
- SCBD Citayem Fashion week ini juga menghadirkan artis atau idola baru, yang tentunya menjadi incaran media untuk dijadikan bintang tamu. Hal ini dijadikan komodifikasi khalayak oleh media dengan mengangkat dan memviralkan 4 tokoh utama di SCBD tersebut di antaranya ada Roy Citayem yang kini juga sedang menjadi buah bibir atas sikapnya yang sedikit nyentrik yaitu menolak beasiswa yang ditawarkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga UNO di saat banyak orang mendapatkan, padahal dirinya putus sekolah dan tidak menamatkan jenjang SMP.
Tawaran beasiswa tersebut ditolak karena Roy lebih memilih untuk focus dalam mencari uang dengan membuat konten-konten di lokasi. Hal ini juga tidak bisa disalahkan karena mungkin pada saat ini Roy lebih membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Artis atau idola baru dari ajang Citayem Fashion Week ini juga ada Jeje Slebew yang juga merupakan conten creator youtuber, juga Kurma dan Bonge yang konon adalah sepasang kekasih namun kini dikabarkan putus.
Keempat nama tersebut kini seolah menjadi Tuan Rumah dan Maskot serta penguasa dari SCBD Citayem Fashion Week tersebut. Tentu hal ini tidak dilewatkan oleh media untuk membuat konten-konten talkshow berbincang santai dengan mengundang mereka sebagai bintang tamu membahas hal apapun yang tentunya akan menarik banyak viewer sehingga bisa mendatangkan banyak keuntungan secara materi dan financial bagi media yang bersangkutan.
- Komodifikasi konten dan khalayak ini sudah dimulai terlebih dahulu oleh media Trans TV yang mengundang Kurma dan Bonge yang pada saat itu masih merupakan sepasang kekasih, yang perbincangan dengan keduanya di upload pada kanal youtube Trans TV yang kemudian menjadi viral dan ditonton viewer.
- Konten yang mengangkat topic mengenai Bonge, Kurma, Roy dan Jeje juga banyak berterbaran dibahas di kanal youtube karena topic tersebut sempat menjadi trending topic di youtube sehingga tentu saja bisa memancing banyak viewer yang bisa mendatangkan banyak keuntungan.
Hadir nya SCBD Citayem Fashion Week ini memberikan berbagai dampak positif, baik dari segi ekonomi bahkan hingga politik. Pengaruh SCBD Citayem Fashion Week ini ditinjau dari segi ekonomi, adalah sebagai berikut:
- Membangkitkan perekonomian masyarakat kecil di sekitarnya, seperti penjual minuman keliling, penjual makanan tahu bulat serta pedagang UMKM yang ada disekitar wilayah tersebut. Bahkan Menteri Parekraf Sandiaga Uno menerima laporan mengenai pendapatan UMKM yang melonjak hingga dua kali lipat, yang disampaikan saat Weekly Press Briefing secara hybrid pada senin (18/4/95) lalu.
- Seperti halnya kerumunan selalu menjadi daya Tarik tersendiri bagi pedagang asongan, ataupun pedagan kecil lainnya maka demikian juga halnya dengan SCBD Citayem Fashion Week yang menjadi magnet bagi pedagang asongan ataupun pelaku UMKM untuk mengeruk rezeki.
Namun sayangnya belum ada tempat khusus secara resmi yang diperuntukkan untuk umkm ataupun penjual makanan dan minuman di sana. Saat ini pedagang yang ada masih berlalu lalang berpindah tempat dalam menawarkan barang yang dijualnya. Ke depannya mungkin bisa dipertimbangkan untuk dibuatkan tempat seperti kantin, kios ataupun Food Court oleh Pemerintah bagi pelaku UMKM agar bisa menjadi pilihan jajanan atau cemilan bagi masyarakat yang ada.
- Peluang ekonomi juga hadir dari konten yang dibuat oleh para Seleb Citayem Fashion Street. Seperti Roy Citayem kini sudah mempunyai Nilai Jual Ekonomi melalui konten yang dibuatnya, dimulai dari 400 ribu hingga 1 juta per konten video yang dibuat olehnya. Tidak hanya Ari namun pengunjung lainnya juga banyak yang memanfaatkan spot cantik dan indah di SCBD sebagai latar untuk membuat konten yang mendatangkan uang bagi mereka.
- SCBD Fashion Week juga bisa menjadi tempat rekreasi gratis bagi siapapun yang hadir. Jika selama ini tempat untuk melepas penat adalah dengan jalan-jalan di Mall yang bisa menghabiskan banyak uang, maka kini hadir alternatif solusi baru tempat nongkrong anak muda di SCBD Citayem Fashion Week yang juga bisa menjadi tempat untuk mengekspresikan diri secara gratis.
- SCBD Citayem Fashion Week juga menghidupkan dunia Fashion kalangan menengah, seolah mengisyaratkan bahwa dengan budget minim atau terbatas namun bisa tampil secara maksimal, sehingga mereka yang ada di ajang SCBD Citayem Fashion Week tidak merasa malu jika tidak memakai barang branded karena hal tersebut tidaklah penting. Yang penting adalah bagaimana mereka dapat memadu-padankan fashion sehingga menjadi terlihat menarik dan menampilkan karakter pemakainya.
Dampak positif hadirnya SCBD Citayem Fashion Week dalam Perspektif Ekonomi Politik Komunikasi Vincent Moskow, khususnya dalam bingkai politik yaitu:
- Sebelumnya wilayah ini merupakan miniatur terbaik dari Pembangunan Transport Oriented Development (TOD) di Jakarta, namun sekarang berubah menjadi spot cantik yang Instagramable. Sehingga ini juga bisa menjadi bukti keberhasilan politik Anies dalam memimpin dan menyulap kota Jakarta menjadi indah dan cantik dengan banyak spot foto menarik di dalamnya.
Hal ini menjadi angle pemberitaan yang dimanfaatkan oleh banyak media. Bagi media pendukung Anies tentu ini menjadi angle pemberitaan yang positif dimana Anies tampak memamerkan keberhasilannnya, namun bagi Media yang bukan merupakan pendukung Anies tentu menampilkan ini dari sisi yang mengkritisi, dengan angle pemberitaan bahwa Anies bisa saja diduga mencuri Start Kampanye untuk menuju RI1 dengan hadir di SCBD Citayem Fashion Week agar popular di kalangan anak muda dan memanfaatkan situasi yang ada. Yang mana pemberitaan kontroversi seperti ini tentunya laris bagi fans ataupun partisipan non pendukung Anies yang tentunya menjadi komoditas tersendiri bagi media yang memberitakan.
- SCBD Citayem Fashion Week atau SCFW kini juga menjadi daya Tarik tersendiri bagi Pejabat ataupun Politisi, seperti hal nya Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan yang datang ke Citayem Fashion Week. Tidak mau kalah Anies juga mencoba berjalan di catwalk atau Lintasan Zebra Cross yang menjadi panggung catwalk bersama dengan tamu nya yang berasal dari Luar Negeri.
Tindakan Anies ini seolah menegaskan bahwa hadirnya Citayem Fashion Week dapat menjadi suatu target baru yang harus didatangi oleh Pejabat atau pun Politisi yang akan bertanding dalam kontestasi pemilu di Indonesia nantinya, untuk menggaet suara Millenial ataupun untuk membangun pencitraan yang positif.
Hal ini juga bisa menjadi angle pemberitaan yang siap diangkat oleh media secara besar-besaran kira-kira tokoh politik siapa lagi yang akan berkunjung ke SCBD Citayem Fashion Week yang tentunya akan dibela atau dikritisi sesuai dengan arah dukungan dari media yang bersangkutan.
- Tidak hanya Anies Baswedan, namun Ridwan Kamil juga hadir di SCBD Citayem Fashion Week memamerkan outfit kerennya dan berjalan di atas catwalk bersama dengan teman-teman dari Ojek Online. Ini pun menjadi angle pemberitaan yang gencar diberitakan oleh media dengan mengangkat komunikasi politik dari Aktivitas Ridwan Kamil tersebut apakah ada hubungannya dengan kontestasi politik menuju RI1 pada 2024 nanti.
- Hadirnya Tokoh Masyarakat atau Politisi yaitu Anies Baswedan dan Ridwan Kamil, bukan tidak mungkin akan memicu tokoh penting lainnya untuk ikut serta datang ke SCBD Citayem Fashion Week dan mencoba sensasi berjalan di atas catwalk yang mana juga dinanti-nanti oleh media untuk dijadikan komodifikasi secara ekonomi & politik.
Banyak nya anak muda millennial yang ada di sana, dapat menjadi target untuk penyebaran konten edukasi Pemilu. Nantinya bukan tidak mungkin seleb SCBD Citayem Fashion Week seperti Ari Jeje, Bonge dan kurma ditawarkan untuk menjadi Jubir atau bintang iklan dalam suatu Partai Politik tertentu, terutama untuk menggaet suara Millenial atau suara anak muda yang baru pertama kali terjun ikut serta memilih dalam pemilihan umum.
Hal ini juga menjadi komodifikasi dalam ekonomi politik komunikasi yang bisa dilihat dalam Angle pemberitaan media nantinya terkait fenomena SCBD Citayem Fashion Week tersebut pada saat musim pemilu telah tiba.
Hadirnya SCBD Citayem Fashion Week yang dibanjiri pengunjung dari luar Jakarta atau dari sekitaran Jakarta juga menegaskan bahwa kota Jakarta adalah milik semua dan terbuka bagi siapa saja yang mau datang berkunjung. Dimana hal tersebut juga terselip pesan politis bahwa Anies Baswedan telah berhasil dalam memimpin dan mempercantik Kota Jakarta.
SCBD Citayem Fashion Week juga mendapatkan pujian dari media luar yakni Media Tokyo Fashion, menurutnya Citayem Fashion Week ini mirip dengan Harajuku. Harajuku pada awalnya juga diadakan di jalanan atau Fashion Street, yang awalnya juga menuai cibiran namun lama-lama menjadi daya tarik tersendiri.
Demikian hal nya dengan SCBD Citayem Fashion Week yang awalnya dicibir kini menjadi daya Tarik tersendiri bagi banyak orang, dari mulai selebgram, influencer, Pejabat dan Politisi, hingga para model professional juga ikutan datang dan mencoba berjalan di catwalk zebra cross di SCBD Citayem Fashion Week tersebut.
Kedepannya diharapkan SCBD Citayem Fashion Week ini tidaklah hanya berjalan musiman semata tapi dapat menjadi sebuah budaya baru di kota Jakarta yang dapat menjadi tempat bagi anak muda dalam menyalurkan aspirasi mereka melalui fashion serta menjadi pilihan tempat wisata atau healing yang murah, gratis, bersih, aman dan menyenangkan.
Dan tidak hanya sekedar menjadi komodifikasi secara ekonomi dan politik saja yang bisa dimanfaatkan oleh segelintir penguasa atau pengusaha untuk mengeruk keuntungan secara pribadi, namun juga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dan keuntungan bagi masyarakat banyak.
*Penulis merupakan jurnalis TV Muhammadiyah (tvMu) sekaligus mahasiswi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Comments (0)