Nyai Siti Walidah, Pahlawan Pendidikan Indonesia

Nyai Siti Walidah, Pahlawan Pendidikan Indonesia
Nyai Siti Walidah/ Foto: aisyiyah.or.id

TVMU.TV - Mungkin kalian sudah tak asing lagi dengan Ki Hajar Dewantara, sosok tersebut sangat berperan penting terhadap pendidikan di Indonesia.

Namun selain pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa ini, terdapat seorang perempuan hebat yang berjuang untuk pendidikan Indonesia. Siapa dia?

Nyai Siti Walidah lebih dikenal dengan tokoh emansipasi perempuan di Indonesia. Ia lahir pada 3 Januari 1872 di Kauman, Yogyakarta. Nyai Siti Walidah merupakan salah satu dari sekian tokoh wanita yang memperjuangkan hak-hak perempuan pribumi yang tidak mendapatkan kesetaraan dengan kaum laki-laki.

Tidak hanya emansipasi, Nyai Siti Walidah juga peduli terhadap dunia pendidikan perempuan pribumi yang saat itu tidak berkesempatan mengenyam bangku pendidikan.

Nyai Siti Walidah dibesarkan dalam lingkungan agamis tradisional. Beliau merupakan putri dari seorang ulama dan kerabat Kesultanan Yogyakarta bernama Kiai Muhammad Fadli, serta ibunya bernama Nyai Mas.

Meski dari kalangan kaum ulama, Nyai Siti Walidah hanya dididik agama oleh kedua orang tuanya. Kala itu, perempuan tidak boleh mengenyam pendidikan formal, mereka hanya diperbolehkan belajar agama. Sementara pendidikan hanya untuk golongan tertentu.

Usai menikah dengan Muhammad Darwis, atau lebih dikenal dengan Kiai Haji Ahmad Dahlan, Nyai mulai belajar banyak dari suaminya. KH Ahmad Dahlan adalah pendiri Persyarikatan Muhammadiyah.

Sering menemani sang suami, hal itu membuat dirinya akrab dengan sejumlah tokoh nasional. Adapun tokoh tersebut yaitu, Jenderal Soedirman, Bung Tomo, Bung Karno, dan Kiai Haji Mas Mansyur.

Dari tokoh-tokoh itu juga, Nyai Siti Walidah memperoleh pendidikan, sehingga menjadi seseorang yang berwawasan luas.

Melihat realitas kala itu, Nyai Siti Walidah mulai memikirkan untuk memperjuangkan hak-hak wanita dengan membuat pengajian untuk kalangan wanita.

Dalam pengajian tersebut, tidak hanya mengandung pemahaman tentang keagamaan saja, tetapi juga mengajarkan tentang makna pentingnya pendidikan bagi masyarakat.

Pada tahun 1914, Nyai Siti Walidah memberikan kelompok pengajian tersebut nama, Sopo Tresno. Lalu sembilan tahun kemudian berganti nama menjadi 'Aisyiyah, lembaga khusus perempuan.

Melalui bidang pendidikan organisasi Muhammadiyah, Nyai Siti Walidah mencoba memperkenalkan pemikiran bahwa perempuan mempunyai hak yang sama untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Bahkan, beliau juga menentang praktik kawin paksa.

Walaupun awalnya mendapat penolakan dari masyarakat, akhirnya pemikiran Nyai dapat diterima sedikit demi sedikit.

Perjuangan Nyai Siti Walidah ini mendapat dukungan secara kelembagaan. Muhammadiyah, yang dikenal sebagai organisasi pembaharu mulai mengakar dalam masyarakat, kemudian mendukung gerakan Nyai Siti Walidah untuk memajukan pendidikan kaum perempuan.

Selain itu, Muhammadiyah juga terlibat dalam merespon isu-isu perempuan dan sekaligus memberdayakannya melalui jalur pendidikan dan pelayanan sosial.

Adapun usaha yang ditempuh Nyai Siti Walidah ini semata-mata dilakukannya agar bangsa Indonesia, terutama kaum perempuan lebih maju dalam pendidikan, sosial sehingga terlepas dari belenggu penjajah.

Atas jasa dan perjuangannya Nyai Siti Walidah, pemerintah menganurehkan dirinya bintang anumerta. Berdasarkan surat Presiden nomer 042/TK/TH 1971, pemerintah mengelompokkan sebagai Pahlawan Nasional. (Fachri Septian)