Soliditas Muhammadiyah untuk Moralitas Politik Nasional
Oleh: Busyro Muqoddas*
Dalam forum Pelatihan Instruktur Nasional (PIKNAS) yang diselenggarakan oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM), saya hendak menyampaikan pengantar ringkas saja terkait dengan realitas politik yang tengah terjadi dan bagaimana peran Muhammadiyah untuk memperbaiki realitas perpolitikan nasional yang tengah krisis ini.
Selain itu, saya juga hendak menyinggung sedikit terkait dengan soliditas internal Muhammadiyah yang nantinya bisa didayagunakan untuk merespons, tantangan politik yang sedang kita dihadapi, dan tanggung jawab besar yang diemban oleh organisasi ini dalam menjaga integritas kepemimpinan di Indonesia.
Muhammadiyah Sebagai "Big NGO"
Muhammadiyah ini sejatinya adalah organisasi non-pemerintahan. Pada suatu kesempatan, Emha Ainun Najib ketika di luar negeri, menyebut Muhammadiyah sebagai “Big NGO” atau NGO yang besar, berpengaruh, dan telah menjalankan amal-amal yang konkret di bidang kesehatan, pendidikan, budaya, keilmuan, dan termasuk perpolitikan.
Tidak diragukan lagi bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang telah mendapat pengakuan baik di tingkat lokal, nasional, bahkan internasional. Seorang antropolog bernama Robert Hefner mengatakan Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang telah berhasil melakukan reformasi tata kelola pendidikan Islam terbesar di dunia.
Namun, dengan segala pencapaian Muhammadiyah, saya ingin menegaskan bahwa pengakuan ini seharusnya tidak menjadi kebanggaan semata, melainkan harus diresapi sebagai rasa syukur yang mendalam. Mengapa bukan kebanggaan? Karena takut nanti kita terlalu membangga-banggakan diri. Karena Allah tidak menyukai perilaku membangga-banggakan diri yang berlebihan.
Soliditas Internal dan Pertumbuhan Muhammadiyah
Secara internal, di tengah carut marutnya perkembangan realitas politik dan kebangsaan kita, Muhammadiyah masih menunjukkan soliditas yang kuat. Jadi, meskipun ada kekurangan, organisasi ini tetap solid, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Muhammadiyah mudah-mudahan mencerminkan apa yang Allah firmankan dalam surat Ibrahim ayat 24-25: “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.”
Surat Ibrahim 24-25 ini mudah-mudahan menggambarkan bagaimana soliditas Muhammadiyah telah menjadi fondasi yang kuat bagi pertumbuhan organisasi di seluruh Indonesia. Saya ingat perkataan seorang anggota MPKSDI PPM, Khafid Sirotudin yang menulis bahwa andai Muhammadiyah satu hari saja libur, maka entah apa yang akan terjadi pada negara ini. Dengan 164 Perguruan Tinggi, 122 rumah sakit, 5.346 sekolah, maka peran dan kontribusi Muhammadiyah terhadap negara ini begitu besar.
Peran Muhammadiyah dalam Pengembangan Pendidikan dan Kepercayaan Publik
Saya mencermati, dengan segala kontribusi Muhammadiyah, baik dalam dunia pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial, Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai “Big NGO” atau kekuatan besar dalam memajukan peradaban Indonesia.
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang begitu banyak itu, bahkan nyaris sama banyak dengan jumlah PTN yang berjumlah 184 kampus itu, merupakan wujud dari kesungguhan dan kerja keras seluruh elemen di Muhammadiyah mulai dari tingkat cabang, daerah, wilayah, hingga pusat. Kontribusi ini juga menjadi alasan mengapa banyak pihak yang percaya dan tertarik untuk bekerjasama dengan Muhammadiyah.
Saya ketika selesai mengisi focus group discussion (FGD) di kantor Pemda Kota Metro yang dihadiri oleh aparatur sipil negara se-kota Metro tentang Gerakan Antikorupsi, telah diantar oleh PWM Lampung untuk melihat lahan seluas 6 hektar yang telah diwakafkan kepada Muhammadiyah. Oleh PWM Lampung, lahan itu sedang akan dibangun kompleks pesantren dan pusat pemberdayaan sosial yang terintegrasi dengan kegiatan pertanian dan peternakan.
Perwakafan lahan semacam ini terjadi di mana-mana. Muhammadiyah ternyata begitu dipercaya oleh para wakif. Mereka percaya bahwa Muhammadiyah punya integritas untuk menunaikan amanah-amanah dan memiliki kekuatan dalam menjalankan amal-amal yang konkret serta berpengaruh untuk kemajuan masyarakat.
Tantangan Politik dan Erosi Kepemimpinan
Dengan segala soliditas dan kepercayaan yang telah diraih oleh Muhammadiyah hari ini, fenomena-fenomena perpolitikan yang banal dan vulgar belakangan ini tentu sangat mengkhawatirkan. Fenomena-fenomena itu, cepat atau lambat, (dan sebetulnya telah mulai terasa) akan mempengaruhi tantangan kepemimpinan di Muhammadiyah dalam waktu yang tidak akan lama lagi.
Kondisi perpolitikan di Indonesia saat ini, terutama jika kita tinjau dari bagaimana pemilihan umum (pemilu) sebagai instrumen untuk menghasilkan eksekutif dan legislatif (yang berpengaruh terhadap yudikatif), yang masih penuh dengan politik uang (risywah) akan berdampak pada berbagai kekuatan masyarakat sipil.
Majelis Tarjih dan Tajdid telah menerbitkan hasil sidang fatwanya terkait dengan risywah politik atau politik uang sebagai haram. Ini termasuk pandangan keagamaan yang progresif agar proses-proses politik bagi yang masih memegang ideologi bisa mengacu pada fatwa tarjih tersebut.
Dengan upaya untuk mengurangi atau meng-counter praktek risywah politik, maka kita bisa berhadap di masa mendatang tidak akan lagi terjadi kasus-kasus di lembaga-lembaga negara. Sehingga kita tidak mengalami erosi kepemimpinan.
Amal Politik dan Peran Muhammadiyah
Dalam menghadapi kondisi politik yang penuh dengan tantangan ini, Muhammadiyah memiliki amanah besar yang harus dijalankan. Amanah ini bukan hanya dalam bentuk dakwah, tetapi juga dalam bentuk sedekah politik yang berkontribusi pada perbaikan kepemimpinan di berbagai lembaga negara.
Kegiatan-kegiatan untuk membentuk kader-kader Muhammadiyah dengan karakter kepemimpinan yang berintegritas akan menjadi momen penting bagi Muhammadiyah untuk mempersiapkan diri secara konseptual dan operasional dalam menghadapi tantangan politik ke depan.
Dengan segala kekuatan dan kontribusi yang telah disumbangkan, Muhammadiyah diharapkan terus menjaga soliditas internalnya, memperbaiki diri, dan tetap berperan aktif dalam menjaga integritas kepemimpinan bangsa.
Artikel ini pernah tayang di muhammadiyah.or.id pada Sabtu, 31 Agustus 2024.
Comments (0)