Haedar Nashir Ungkap Penyebab Terjadinya Kerusakan Alam
TVMU.TV - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebutkan, upaya penyelamatan lingkungan akibat pembangunan yang kapitalistik telah dimulai sejak tahun 1970 lalu.
Namun, ujar dia, usaha tersebut dinilai tidak begitu sukses, karena terus berjalannya pembangunan dengan paradigma yang serba pragmatis dan instrumental. Dalam hal ini, pembangunan hanya berorientasi pada fisik dan infrastruktur semata, tanpa nilai dan moralitas.
Demikian hal itu diungkapkan Haedar dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah dengan tema “Perubahan Iklim dan Kesalehan Ekologi” yang berlangsung di UM Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (9/4) kemarin.
“Termasuk kebijakan para pengambil keputusan di setiap negara dan tingkat global itu di samping juga sisi lain dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah mereka selalu berpikir instrumental, pragmatis, dan oportunistik lalu dampaknya adalah pembangunan dan segala kebijakan melahirkan sisi lain yakni kerusakan alam dan lingkungan,” kata guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tersebut.
Oleh karena itu, Haedar menilai Muhammadiyah perlu menyusun langkah lebih serius guna turut andil mengatasi krisis ini.
Dalam buku The Uninhabitable Earth karya David Wallace-Wells diuraikan Haedar, kehidupan manusia di muka bumi berada di ambang kepunahan karena paradigma modernitas dan iptek manusia yang kian pragmatis.
“Proses perubahan ini melahirkan ancaman yang luar biasa dari perubahan iklim yang sangat luas. Atau berbagai bentuk dari produk ancaman secara langsung. Kita bisa lihat bencana alam yang kini tidak lagi alamiah,” sambungnya.
Tak lupa, dia pun berpesan kepada warga persyarikatan agar aktif membangun kesadaran dan melakukan aksi nyata memperbaiki lingkungan hidup, di dalam berdakwah dengan tetap berpedoman dengan nasihat yang disertai dengan sifat marhamah atau kasih sayang.
“Warga Muhammadiyah penting kalau kita mengingatkan, pakai wa tawashau bil-haq sertai dengan kasih sayang agar cara menyuarakan tausiyah, kritik itu tidak kasar, tidak merendahkan martabat orang lain, tidak menggunakan kata-kata yang dicari-cari semakin keras yang akhirnya tidak sampai pada tujuan. Itulah martabat Islam,” pungkas Haedar.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news tentang Muhammadiyah setiap hari di tvmu.tv. Jangan lupa subscribe juga channel YouTube tvMu Channel dan aktifkan lonceng supaya kamu dapat notifikasi video terbaru langsung. Cerdas Mencerahkan.
Comments (0)