Haedar Nashir Ungkap Tiga Kunci Memajukan Jihad Ekonomi Muhammadiyah di Pengajian Ramadan 1444 H PWM Jatim

Haedar Nashir Ungkap Tiga Kunci Memajukan Jihad Ekonomi Muhammadiyah di Pengajian Ramadan 1444 H PWM Jatim
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir saat membuka Pengajian Ramadan 1444 H yang diselenggarakan PWM Jatim di UMM, Sabtu (25/3). Foto: Instagram @haedarnashirofficial.

TVMU.TV - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir membuka Pengajian Ramadan 1444 H yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim), Sabtu (25/3).

Kegiatan yang mengusung tema “Membangkitkan Jihad Ekonomi” ini dilaksanakan di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam sambutannya mengatakan Jihad Ekonomi merupakan salah satu hasil keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-47 pada tahun 2015 di Makassar lalu.

Lebih lanjut, ia mengatakan upaya merintis pijakan awal dalam melaksanakan amanat itu telah dilaksanakan dengan melakukan konsolidasi gerakan, membuat forum embrio dengan Jaringan Saudagar Muhammadiyah, revitalisasi amal usaha ekonomi di daerah sekaligus membangun jaringan yang terintegrasi.

Menurut Haedar, Jihad Ekonomi Muhammadiyah dalam lima tahun ke depan akan menjadi gerakan yang masif, struktural dan sistematik. Dia memberikan tiga pedoman terkait Jihad Ekonomi Muhammadiyah yakni: 1) reorientasi teologis, 2) reorientasi strategis, 3) akselerasi pada gerakan praksis serta amal usaha ekonomi.

Mengenai Reorientasi Teologis, Haedar menilai perlunya konstruksi dari Majelis Tarjih dan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah terkait pemahaman yang utuh dalam memandang dunia.

Pasalnya, ungkap dia, masih banyak dai dan mubaligh yang cenderung menyebarkan pemahaman keagamaan yang pasif, anti dunia, sehingga pada akhirnya menjadikan umat bermental tangan di bawah.

“Pada titik ini perlu reorientasi di mana pandangan teologis kita dalam jihad ekonomi perlu dielaborasi, bahkan direkonstruksi agar tidak terjadi di sebagian mubaligh, dai dan tokoh umat lewat pandangan negatif tentang bisnis, tentang ekonomi, tentang orang kaya, tentang saudagar, bahkan tentang dunia,” jelas Haedar.

Dikatakan Haedar, Islam sendiri memandang positif dunia sebagai ladang akhirat. Islam bahkan menyuruh umatnya menjadi khalifah yang memakmurkan bumi. Perintah zakat dan syariat haji, secara tersirat membawa pesan bagi kaum muslimin untuk menjadi pihak yang memberi daripada menerima.

“Kalau cara pandang ini horizonnya dibuka, saya yakin etos kaum muslimin akan lain dan akan berbeda. Tapi kalau etosnya anti dunia, hanya karena dunia mata’ul ghurur, orang-orang Islam memang akan jadi orang yang saleh, tapi seperti kata Jalaludin Rumi, kalau orang-orang saleh tidak aktif pada dunia, jangan salahkan orang-orang zalim nanti yang akan berkuasa,” pesannya.

Lalu terkait reorientasi strategi gerakan, Haedar berpendapat perlunya Muhammadiyah memakai pendekatan proaktif-konstruktif-positif, bukan pendekatan reaktif-konfrontatif. Termasuk menghindari gerakan yang serba demonstratif yang kolosal-komunal menjadi gerakan yang produktif.

Selanjutnya poin ketiga perihal akselerasi praksis, Haedar meminta untuk mengkapitalisasi dan menaikkan kelas dari usaha-usaha, bisnis wirausaha dan UMKM yang sudah dirintis Muhammadiyah.

“Jadi ini harus menjadi komitmen kita. Di tingkat kader-kader kita, harus terus didorong ke dunia wirausaha. Yang ke politik kita dorong juga, termasuk ke pemerintahan, polri dan TNI,” sebut Haedar.

“Jadi kesimpulannya reorientasi teologis, reorientasi strategis, orientasi praksis ekonomi. Itulah jihad ekonomi Muhammadiyah. Dan di tangan para tokoh-tokoh hebat ini saya percaya lima tahun ke depan akan terjadi gerakan yang masif sehingga ekonomi Muhammadiyah menjadi kekuatan baru di Indonesia,” lanjutnya.