UAH Nilai Rumah Sakit dan Klinik Muhammadiyah Perlu Aktualisasikan Nilai Islami

UAH Nilai Rumah Sakit dan Klinik Muhammadiyah Perlu Aktualisasikan Nilai Islami
Wakil Ketua I Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustaz Adi Hidayat (UAH) di acara Tasyakur Keluarnya Surat Izin Operasional (SIO) Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Selatan (RSMBS), Kamis (6/7). Foto: muhammadiyah.or.id.

TVMU.TV - Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ustaz Adi Hidayat (UAH) menilai setiap rumah sakit dan klinik di lingkungan Persyarikatan perlu mengaktualisasikan nilai-nilai Islami.

Menurut dia, hal ini menjadi pembeda antara rumah sakit Persyarikatan dan rumah sakit umum.

“Jadi ini bukan sekadar rumah sakit, tapi membawa nama Muhammadiyah yang melekat di dalam namanya. Maka harus ada yang membedakan dan memberi nilai tambah sehingga tidak sekadar berupa bangunan fisik, tapi membawa nilai-nilai Kemuhammadiyahan yang harus tampil di dalamnya,” kata UAH di acara Tasyakur Keluarnya Surat Izin Operasional (SIO) Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Selatan (RSMBS), Kamis (6/7).

Lebih lanjut, UAH menjelaskan berdasarkan tradisi Islam, manusia terdiri dari tiga unsur; yakni fisik, akal, dan jiwa. Maka dari itu, penyakit yang ada dialami oleh manusia juga terkait pada tiga unsur tersebut.

Adapun secara umum, lanjut UAH, Al Qur’an mengklasifikasi penyakit dalam dua jenis, yakni penyakit yang bersumber dari fisik (daa’un) dan penyakit yang bersumber dari hati (maradhun).

Sementara dalam tradisi Islam, ia mengatakan tempat penyembuhan berbagai penyakit tersebut dikenal sebagai Mustasyfa. Dalam hal ini, sebut UAH, Mustasyfa mengintegrasikan pengobatan yang holistik pada unsur-unsur tersebut.

“Maka diharapkan yang diobati bukan hanya fisiknya, tapi juga stresnya hilang, hatinya tenang,” ucap UAH.

“Maka harusnya kalau mustasyfa (rumah sakit Islam), bukan penyakit fisiknya saja yang selesai. Tapi bagaimana caranya pasien keluar rumah sakit, stressnya juga hilang, hatinya juga tenang. Jadi bukan penyakitnya divonis sembuh secara medis tapi stressnya masih ada dan hatinya masih gelisah,” sambungnya.

Dari penjelasan tersebut, Adi Hidayat berharap seluruh rumah sakit dan klinik pengobatan Muhammadiyah mampu memberi nilai lebih yang membedakan dengan rumah sakit atau balai pengobatan yang tidak berlatar belakang Islami.

Meski berat, UAH menilai tanggungjawab ini wajib dilaksanakan. Mengingat, rumah sakit dan klinik Muhammadiyah tidak hanya membawa Islam, tapi juga membawa nama besar yang lebih spesifik, yakni Muhammadiyah.

“Jadi begitu keluar dari Rumah Sakit Islam Muhammadiyah, diharapkan sehat fisiknya, ceria wajahnya, tenang hatinya, gembira keadaannya. Itulah mustasyfa, rumah sakit Islam. Dan yang lebih besar lagi bukan sekadar rumah sakit Islam, tapi rumah sakit Muhammadiyah,” tandasnya.

VIDEO: Peresmian Gedung dan Masjid Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Selatan