Ini Dia yang Harus Dilakukan Muhammadiyah Lima Tahun Ke Depan

Ini Dia yang Harus Dilakukan Muhammadiyah Lima Tahun Ke Depan
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir saat Pembukaan Sidang Tanwir Pra-Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Gedung Auditorium Djazman Al Kindi UMS, Jumat (18/11). Foto: Istimewa.

TVMU.TV - Selama lima tahun ke depan Muhammadiyah harus memperkuat basis Jamaah yang kokoh dengan nilai-nilai keislaman, handal beradabtasi dakwah dengan  IT,  serta mempkuat kaderisasi.

Demikian hal itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam sambutannya saat Pembukaan Sidang Tanwir Pra-Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Gedung Auditorium Djazman Al Kindi UMS, Jumat (18/11).

Memasuki periode terakhir dari masa kerjanya, Haedar mengatakan dirinya telah melaksanakan amanah hasil Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar dengan kebersamaan, membangun kepemimpinan kolektif, kolegial yang tersistem. 

“Inilah yang bisa saya lakukan karena sejengkal dimajukan dan seinci ditinggikan sehingga kami bisa menjalankan amanah ini dengan kekompakan dan keutuhan serta kebersamaan dalam spirit ukhuwah iman selalu ada dinamika dan selalu ada kegiatan berbagi,” ungkapnya.

Selain itu, ia mengaku memperoleh mandat untuk tranformasi Muhammadiyah dalam program yang harus mengalami perubahan yang bersifat transformasif, menjadi lebih maju, modern, profesional dalam prinsip-prinsip Muhammadiyah dalam menjalani dakwah dan tajdid yang menjadi identitas gerakan ini.

“Hasilnya mulai dari jamaah, ranting hingga pimpinan pusat terus bergerak  memajukan Muhamamdiyah ini,” kata Haedar.

Haedar menilai adanya dinamika perubahan dan trasformasi di tubuh Muhammadiyah. Bahkan hingga menjelang pembukaan Muktamar masih ada peresmian gedung Mualimin di Yogjakarta.

“Dan bahkan kalau tidak dijegah, bisa jadi saat pembuaan pun akan masih ada peresmian-peresmian amal usaha lainnya, “ imbuh Haedar yang langsung disambut tepuk tangan hadirin.

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini mengatakan, kehadiran dan kemajuan Muhammadiyah hingga mancanegara tidak bisa didasarkan pada teori-teori organisasi seperti yang disampaikan ahli teori organisasi seperti Taylor, namun Muhammadiyah harus bisa bergerak dengan nilai-nilai dan internalisasi kemuhammadiyahan yang terjaga.

Paradigma organisasi Muhammadiyah saat ini adalah dengan adanya organisasi identity sebagai sesuatu yang sentral, punya kekhasan dan posisi penting bagi seluruh anggota di dalamnya, ujar Haedar.

Di usia 110 tahun Muhammadiyah telah bergerak melampaui organisasi yang menyatukan value yaitu Islam dan kemuhammadiyahan melekat dengan sistem bukan menonjol dalam kapasiti personal, tambahnya.

Menurut Haedar,  amal usaha Muhammadiyah dari pedidikan, rumah sakit, usaha di dalam negeri maupun luar negeri telah berjalan tersistem yang tidak  mengandalkan personal.

“Meski ada personal tapi bergerak dalam pergerakan sistem dan waktu periodisasi, ada yang datang dan ada yang pergi,” ucap Haedar.

Haedar menegaskan pergerakan Muhammadiyah lima tahun ke depan harus bisa menata risalah Islam berkemajuan, kemampuan menjawab isu-isu strategis keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal. Menurutnya, empat hal pokok itu menggambarkan lima tahun yang harus dihadapi oleh Muhammadiyah dalam jenjang kepengurusan.

Dia pun menambahkan hal pokok yang harus diperhatikan adalah orientasi tadayyun (menanamkan nilai-nilai relijius) keislaman harus semakin kokoh, mencerdaskan, meneguhkan, dan mencerahkan. Sebagaimana dalam perspektif Islam berkemajuan dan risalah pencerahan hasil dari Muktamar di Yogjakarta 2010 dan Tanwir di Bengkulu.

“Masyarakat kita yang sekarang ini haus keagamaan dan begitu luas spektrumnya, dan Muhammadiyah harus hadir menanamkan nilai-nilai Islam yang menguhkan dan mencerahkan serta dinamisasi kemajuan,” jelasnya.

Disisi lain, Haedar mengatakan, Muhammadiyah harus memperkuat basis jamaah, akar rumput, masjid dan mushala kita sebagai benteng umat dan bangsa. Sebab ketika akar rumut terjadi floating  mass, maka gelombang nilai-nilai keberagamaan pun akan bisa tercerabut meski globalisasi menerjang.

“Umat dan masyarakat kita justru kembali ke komunitas-komunitas atau jamaah, hal ini harus ditangkap sebagai bagian dari kemajuan Muhammadiyah yang mempunyai daya afiliasinya dan jelajahnya semakin luas untuk berdakwah dan mengembangkan misi tajdid,” sebutnya.

Kemudian hal penting lainnya, ujar Haedar, reformasi dan kaderisasi yang harus mampu beradaptasi dengan IT yang canggih agar organisasi menjadi kokoh dan berkembang berkemajuan.

Didukung oleh:

VIDEO: Pembukaan Tanwir Pra-Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah Muktamar ke-48