Perempuan Hebat di Balik Perusahaan Kosmetik Terbesar

Mungkin kalian sering mendengar istilah "Di Balik Pria Sukses Ada Perempuan Hebat Dibelakangnya", kalimat tersebut digunakan untuk menghargai peran para istri di balik kesuksesan suaminya. Namun kisah yang ingin dibahas kali ini adalah sosok peremuan hebat di balik PT Paragon Technology and Innovation.
Lalu siapakah perempuan hebat di balik kesuksesan perusahaan kosmetik terbesar di Tanah Air? Pasti penasaran ya siapa wanita hebat di balik itu semua.
Namanya, Nurhayati Subakat mungkin masih terdengar asing ditelinga kalian. Tapi prempuan yang tidak muda lagi ini memiliki kisah hidup yang begitu Inspiratif.
Ibu beranak tiga itu berkesempatan membagikan kisah hidupnya dalam zoom meeting Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) Batch IV, Rabu (9/3/2022) lalu.
Anak Tokoh Muhammadiyah di Padang Panjang
Nurhayati lahir tanggal 27 Juli 1950 dari pasangan Abdul Muin Saidi dan Nurjanah asal Minangkabau. Ia adalah anak keempat dari delapan bersaudara.
Ayah Nurhayati merupakan seorang guru, pedagang dan salah satu tokoh Muhammadiyah di Padang. Ketik berusia 16 tahun atau saat duduk di bangku SMP, Nurhayati ditinggalkan selamanya oleh sang ayah.
Sebelum berpulang ke rahmatullah, Bapak Abdul Muin Saidi ini banyak mengajarkan pentingnya pendidikan dan kedermawanan pada anak-anaknya.
Nurhayati mengatakan, semasa hidup sang ayah pernah membantu perbaikan sekolah yang rusak di zaman Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), baik dari TK sampai SMA di Padang Panjang, Sumatra Barat.
Selain itu, almarhum juga kerap mengajak Nurhayati dan saudara-saudaranya setiap Ramadhan untuk memotong kain gulungan hingga seukuran baju. Lalu kain-kain tersebut dibagikan ke orang sekitar sebagai bahan baju lebaran.
Lulusan Terbaik ITB
Walaupun single parent, ibu Nurhayati tetap mampu menyekolahkan kedelapan anaknya hingga lulus perguruan tinggi dengan berdagang.
Saat kuliah, Nurhayati merupakan mahasiswi angkat 1971 Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan faramasi. Pada Tahun 1975, dia berhasil lulus dan menjadi lulusan terbaik. Kemudian dirinya melanjutkan pendidikan profesi apoteker dan gelar yang sama ia dapatkan kembali.
Dari Apotek Sampai Masuk Daftar Wanita Berpengaruh Versi Forbes
Meski menerima gelar Dr. (HC) sepanjang sejarah 1 abad ITB, hal itu tak memudahkan Nurhayati mencari kerja. Wanita berusia 71 tahun ini harus bersusah payah mencari pekerjaan. Bahkan, dirinya pernah ditolak menjadi dosen di kampus tercintanya.
Mengawali karirnya, Nurhayati pernah bekerja di sebuah apotek sebagai tenaga honorer dengan gaji di bawah UMP dengan nilai Rp 20 ribu sebulan. Namun, pekerjaan itu tetap dijalaninya hingga pada akhirnya bertemu sang suami dan kemudian memutuskan mencoba peruntungan ke Ibu Kota.
Tinggal di Jakarta, Nurhayati pun banyak melamar pekerjaan, tapi lagi lagi di tolak. Tetap semangat, Nurhayati terus berusaha mencari pekerjaan lain.
Semangat pun akhirnya membuahkan hasil, ia diterima di salah satu perusahaan Jerman dengan bayaran 3-4 kali lipat dari pekerjaannya terdahulu.
Lima tahun bekerja dengan orang lain, ia kemudian memutuskan untuk resign dengan alasan tidak cocok dengan pemimpin perusahaan dan memutuskan berbisnis.
Diawali dari bisnis rumahan, Nurhayati bersama kedua karyawan yang sekaligus asisten rumah tangganya berhasil menemukan ramuan produk yang berkualitas namun murah. Usahanya lalu terus berkembang, karyawannya menjadi 25 orang.
Dengan bekal pendidikan farmasi dan lima tahun pengalaman bekerja di salah satu perusahaan kosmetik multinasional, Nurhayati memberanikan diri untuk mendirikan perusahaan, tepatnya tahun 1985, namanya PT Pusaka Tradisi Ibu (PTI). Visi perusahaan tersebut yaitu memberikan kontribusi yang besar kepada masyarakat.
Pada tahun 1990 cobaan pun datang lagi, pabrik dan kantor milik Nuhayati terbakar. Peristiwa itu membuat dirinya mengalami kerugian yang jumlahnya tak sedikit, bahkan sampai-sampai menanggung beban hutang perusahaan yang cukup besar.
Terpaksa dia harus mengajukan pinjaman di bank sebanyak Rp 50 juta. Untungnya, pihak bank malah menawarkan pinjaman lebih dari yang dibutuhkan senilai 150 juta.
Pada akhirnya, ibu Salman Subakat ini berhasil membranding produk kosmetik “wardah” sebagai kosmetik halal dan berhasil bersaing melawan perusahaan multinasional yang masih berupaya merebut pasar di Tanah Air.
Produsen kosmetik yang awalnya bernama PT Pusaka Tradisi Ibu itu kemudian berganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation (PTI).
Atas perjuangannya itu, Founder sekaligus CEO Paragon Technology Innovation Indonesia itu masuk daftar wanita berpengaruh versi Forbes “50 Over 50: Asia 2022”.
Dalam daftar wanita berpengaruh versi “Forbes 50 Over 50: Asia 2022” ini Nurhayati Subakat bersanding dengan beberapa perempuan hebat lainnya seperti Dewi Muliaty, Direktur Utama Prodia dan lainnya. (Fachri Septian)
Comments (0)