Haedar Nashir: Pancasila Merupakan 'Way of Life' bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Haedar Nashir: Pancasila Merupakan 'Way of Life' bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir/ Foto: Tangkap layar youtube tvmu channel.

TVMU.TV - Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif atau biasa dikenal Buya Syafii Maarif hingga akhir hayatnya sangat prihatin atas terlantarnya Sila Kelima Pancasila yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Bagi Buya Syafii Maarif, setiap Sila Pancasila harus diamalkan, bukan hanya sebagai hafalan.

Demikian hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir di acara CSIS Indonesia dengan tema “Pancasila dan Demokrasi di Indonesia: Menyelami Pemikiran Prof. Ahmad Syafii Maarif" pada Rabu (29/6).

Lebih lanjut, ia menyebutkan, Pancasila bagi Buya Syafii Maarif bukan hanya sebagai pemanis kata dan kata-kata retorika semata dan dogma.

“Dalam konteks Pancasila secara keseluruhan dari lima sila nya, memang Buya Syafii Maarif mengajak kita selalu untuk membumikan Pancasila dalam kehidupan kebangsaan, termasuk kehidupan bernegara yang diperankan oleh para elite bangsa,” tutur Haedar.

Selain itu, Haedar mengatakan, Buya Syafii Maarif sangat menekankan kepada elite bangsa agar nilai-nilai Pancasila dipraktikan dalam mindset dan alam pikiran yang visioner. 

Menurut Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, agar tidak terjebak dalam verbalisasi Pancasila dan Demokrasi, pemimpinan atau elite bangsa harus memiliki pandangan yang luas, dan meletakkan Pancasila pada spektrum yang luas. Karena, Pancasila tidak boleh hanya berupa jargon lalu pengucapnya sudah merasa paling Pancasila. Padahal, lanjutnya, Pancasila merupakan way of life bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam hal ini, Haedar mewanti-wanti agar tidak ada paradok. Di mana terjadi retak antara ucapan dan tindakan. Sebab Pancasila dan Demokrasi senantiasa diucapkan tapi lupa untuk dipraktekkan dalam berbangsa dan bernegara.

“Kita bicara demokrasi, kita bicara Pancasila, tetapi praktek kita berbangsa dan bernegara itu bertentangan dengan sila-sila Pancasila dan juga bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi,” sambungnya.

Haedar menilai, bahwa kelima Sila Pancasila perlu untuk di ceklis dan mengintrospeksi kedalam, apakah kelima sila tersebut sudah menginternalisasi ke jiwa, alam pikiran, dan tindakan para elite dan warga bangsa dalam berbangsa dan bernegara. Lalu apakah Pancasila telah melembaga pada lembaga-lembaga negara dan kekuatan masyarakat.

“Proses ini memerlukan pemikiran-pemikiran ulang dari kita semua tentang bagaimana memaknai lima dasar nilai Pancasila itu agar bisa kita internalisasikan dan institusionalisasikan, sehingga menjadi praktek hidup kita berbangsa dan bernegara,” terangnya.

VIDEO: Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid