Tadisi Syawalan Menurut Haedar Nashir: Momentum Komponen Bangsa Memupuk Persaudaraan

TVMU.TV - Syawalan merupakan tradisi di Indonesia yang biasa digelar setelah Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir, syawalan adalah tradisi sosial-keagamaan untuk menciptakan kehamonisan antarasesama komponen bangsa.
“Ini tradisi baik yang berfungsi sebagai kanal sosial di dalam memupuk persaudaraan, kebersamaan, dan persatuan antar komponen bangsa yang melintas batas,” katanya dalam acara Syawalan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA), Senin (16/05) kemarin.
Berdasarkan literatur Islam, ujar Haedar, hubungan antar insan lintas batas disebut dengan ukhuwah insaniyah. Lebih lanjut, ia berpesan agar menjadikan surat Al Hujurat ayat 13 sebagai pedoman perekat, pemersatu bangsa, dan pesan luhur. Berikut bacaan surat Al Hujurat ayat 13:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Arab latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr.
Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menjelaskan, pada ayat tersebut agama sejatinya membawa pesan luhur tentang khazanah hubungan antar manusia yang melintas batas, bahwa hidup manusia dalam keragaman agama, ras, suku, dan golongan pada dasarnya bersaudara.
Selain itu, Haedar pun menyakini bahwa agama membawa pesan mulia bagi seluruh umat manusia agar hidup damai, toleran, selamat, dan bahagia dalam kebersamaan.
Sementara itu, lanjut dia, perbedaan tidak perlu menjadi alasan untuk bermusuhan dan tidak saling mengenal, namun harus menjadi daya dan kekuatan untuk saling bersinergi membawa kemajuan, kemaslahatan, dan kebahagiaan.
Oleh karena itu, Haedar menilai 1 Syawal merupakan momentum tepat untuk kembali menghayati hal terkait keberagamaan dan keragaman. Lalu warga dan elit bangsa diharapkan senantiasa menyebarkan pesan-pesan keagamaan yang menyejukkan, mendamaikan, menyatukan, dan memupuk ukhuwah dengan jiwa ikhlas, tasamuh, dan welas asih yang sarat makna di tengah kesamaan maupun perbedaan paham dan praktik beragama.
“Alangkah mulianya di hari yang berbahagia ini, kita menghayati kembali keberagamaan yang hanif, lurus, dan autentik yang membawa damai dan toleran. Mari kita rawat mozaik persaudaraan lintas batas ini dengan ikhtiar kolektif,” seru Haedar. (Fachri Septian)
Comments (0)