Din Syamsuddin Ungkap Wawasan Madani Bisa Jadi Solusi Alternatif untuk Jawab Kerusakan Dunia

Din Syamsuddin Ungkap Wawasan Madani Bisa Jadi Solusi Alternatif untuk Jawab Kerusakan Dunia
Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015, Din Syamsuddin saat memberikan sambutan dalam acara Debat Perdana Madani di Gelanggang Dewan Conselor Tun Abdul Razak Kampus Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Selangor, Senin (21/8). Foto: Istimewa.

TVMU.TV - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015, Din Syamsuddin mengungkapkan wawasan madani dapat menjadi solusi alternatif yang bisa didorong bagi setiap negara muslim untuk menjawab kerusakan dunia.

Hal itu disampaikan dia dalam acara Debat Perdana Madani di Gelanggang Dewan Conselor Tun Abdul Razak Kampus Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Selangor, Senin (21/8).

Din Syamsuddin menjelaskan wawasan madani umat Islam berasal dari kesuksesan Nabi Muhammad SAW hanya dalam waktu 15 tahun mengubah Yatsrib yang semula hanya fenomena rural, menjadi Madinah Al Munawwarah dengan fenomena peradaban dunia.

Menurut Din Syamsuddin, kesuksesan Madinah Al Munawwarah memiliki dua unsur penting, yakni konsep Al Ummah sebagai perangkat lunaknya, dan konsep Al Madinah sebagai perangkat kerasnya.

Dikatakannya, Al Ummah sendiri memiliki tiga pokok dasar, yakni Al Musawah (kesetaraan manusia), Al ‘Adalah (keadilan), dan Al Syura (Musyawarah). Ketiga pokok dasar ini menjadi format masyarakat majemuk saat ini.

“Kedua-duanyalah (Al Ummah dan Al Madinah) merupakan satu cita-cita sosial Islam yang ideal,” jelas Din Syamsuddin.

Selain itu, Din Syamsuddin menyampaikan jika wawasan madani yang berangkat dari Madinah Al Munawwarah tersebut dapat menjadi solusi bagi negara-negara Islam dan negara-negara berkembang dalam mengatasi tantangan globalisasi dewasa ini yang rentan pada risiko perpecahan dan kemunduran akibat sistem politik dan ekonomi liberal yang cenderung menciptakan kesenjangan dan ketidakadilan.

“Sistem itu juga terlalu menampilkan infrastruktur fisik dan mengabaikan infrastruktur non fisik (mental). Ekonomi dikuasai segelintir orang yang kemudian berusaha mendiktekan politik,” sebutnya.

Di Indonesia, Din Syamsuddin menyebutkan konsep masyarakat madani sebagai padanan peristilahan untuk civil society mulai populer di Indonesia sejak tahun 1995 melalui gagasan ‘wawasan madani’ dibawa oleh cendekiawan Malaysia, Dato Seri Anwar Ibrahim.

Ia pun berharap gagasan Malaysia Madani yang kini dikembangkan oleh Perdana Menteri Anwar Ibrahim bisa menjadi contoh bagi negara-negara muslim lainnya.

Meski demikian, kata Din Syamsuddin, gagasan tersebut masih perlu diperkuat dengan landasan filosofis terutama pada aspek ontologis dan kosmologi Islam beserta nilai fundamental Islam seperti Tauhid, Khilafah, dan Islah, serta nilai-nilai instrumental seperti paradigma etika dan kode etik yang perlu ditanamkan dalam masyarakat, dengan penyesuaian sesuai konteks sosio-kultural masyarakat yang bersangkutan.

“Wawasan Masyarakat Madani Malaysia ini penting dan cocok untuk menjadi pengganti dari peradaban yang rusak, tapi harus disusun secara teratur, sistematis mana yang jadi nilai-nilai dasar, central values, mana yang jadi nilai-nilai instrumental dan ini menurut saya penting dan cocok untuk semua negara muslim yang madani,” terangnya.

VIDEO: Kajian Al-Islam dan Kemuhammadiyahan 'Risalah Islam Berkemajuan'