Kenang Wafatnya Buya, MAARIF Institute dan UIII Gelar Acara Syafii Maarif Memorial Lecture II
TVMU.TV - Dalam rangka mengenang Buya Syafii Maarif, MAARIF Institute dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) menggelar acara Syafii Maarif Memorial Lecture (SMML) di Auditorium UIII, Jum’at (27/10).
Acara yang bertajuk 'Agama, Politik dan Hak Asasi Manusia: Refleksi atas Kontribusi Syafii Maarif pada Keberagaman Indonesia' ini dihadiri oleh Ketua Yayasan Ahmad Syafii Maarif Rizal Sukma, dan Wakil Rektor UIII Bidang Kerjasama, Riset dan Kelembagaan Jamhari Makruf.
Rizal Sukma dalam sambutannya mengukapkan sosok guru bangsa seperti Buya Syafii bukan hanya sekadar kita kenang setiap tahunnya, tetapi mesti kita lanjutkan pemikiran-pemikirannya.
“Buya sosok sederhana dalam penampilan, egaliter dalam hubungan sosial, dan sangat kaya ilmu pengetahuan. Beliau selama hidupnya tak kenal lelah mencintai Indonesia. Dalam situasi politik hari ini, meneladani sikap moral Buya Syafii menjadi sangat relevan. Tanpa moralitas yang tak henti disuarakan Buya Syafii, politik menjadi hampa dan tak bermakna” ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima tvMu, Jum’at.
Sementara itu, Jamhari menyebutkan bahwa Buya Syafii selama hidupnya didedikasikan untuk kepentingan umat dan bangsa. Baginya, Buya seorang muazin yang selalu memerhatikan kondisi bangsa yang dicintainya.
Jamhari menilai skap seperti itu perlu dipertahankan sampai akhir hidupnya dengan sepenuh hati dan pikiran.
“Buya seorang muslim yang inklusif, plural, dan bermoral. Dengan menjadi seorang muslim yang inklusif dibarengi dengan intelektual, maka tak heran jika pemikiran Buya Syafii melintasi batas teritorial. Hal itu menjadikan Buya bukan sekadar sebagai sosok intelektual muslim yang melintasi batas agama dan teritorial, tetapi sikap hidupnya menjadi teladan baik untuk anak-anak bangsa. Kegiatan Memorial Lecture ini menegaskan bahwa kita bukan hanya mewarisi pemikiran-pemikiran Buya Syafii, tetapi juga melanjutkan dan meneladani sikap hidupnya yang sederhana”, tuturnya.
Dalam kegiatan ini, MAARIF Institute menghadirkan Greg Fealy selaku Sejarawan Politik dari Australia National University- ANU untuk menyampaikan pidato kebudayaan memperingati setahun wafatnya Buya Syafii.
Greg menyampaikan bahwa dirinya tidak mengenal Buya Syafii dengan dekat, namun secara personal telah mengikuti perjalanan karir Buya secara mendalam, terutama pada momen-momen penting dalam kehidupan publik masyarakat Indonesia manakala isu agama dan politik sedang menjadi perdebatan.
Menurut Greg, Buya Syafii bukan hanya seorang intelektual semata-mata namun juga mantan jurnalis yang memahami bahwa menulis di media adalah soal untuk mendapatkan impact dan hal ini membutuhkan bahasa dan metafora yang gamblang.
Buya Syafii, lanjut dia, tidak ingin sekadar menjadi kolumnis yang menulis opini-opini yang menyenangkan dan sedikit menggugah. Beliau ingin merenggut perhatian pembaca, menantang mereka, dan menjadikan mereka berpikir.
Lebih jauh, Greg menyoroti ketokohan Buya Syafii sebagai tokoh yang konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsipnya, lebih sistematis dan tekun dalam intelektualismenya, dan lebih bergairah dalam mengecam para pemimpin politik dan agama yang menjadi pelaku kesalahan. Indonesia, dan bahkan setiap negara, membutuhkan sosok seperti Buya Syafii yang merupakan lentera perjuangan etika, kerendahan hati pribadi, dan kekuatan karakter dalam menghadapi kesulitan yang besar.
“Kita menghargai dan menghormati kenangan terhadap Pak Syafii dan semua yang telah beliau lakukannya untuk menjadikan Indonesia dan dunia menjadi tempat yang lebih baik”, jelasnya.
Untuk diketahui, Buya Syafii Maarif (Prof. Dr. KH. Ahmad Syafii Maarif) yang dikenal sebagai Guru Bangsa, telah berpulang ke Rahmatullah pada Jumat, 27 Mei 2022.
Buya Syafii, bukan hanya dikenal sebagai seorang cendekiawan, guru bangsa dengan kepribadian yang humanis, tetapi juga dikenal sebagai seorang sejarawan yang kritis. Pemikiran-pemikirannya tentang isu-isu keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan, telah membuka pintu gerbang cakrawala keilmuan bagi para penerus bangsa.
VIDEO: Catatan Akhir Pekan 'Mengenang Teladan Bangsa'
Comments (0)