Izzul Muslimin Soroti Sejumlah Persoalan dalam Pemilu

Izzul Muslimin Soroti Sejumlah Persoalan dalam Pemilu
Sekretaris PP Muhammadiyah Izzul Muslimin di acara Pengajian Gerakan Subuh Mengaji dengan tema 'Implementasi PHIWM dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara'. Foto: Tangkap layar YouTube tvMu Channel.

TVMU.TV - Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Muhammad Izzul Muslimin menyoroti sejumlah persoalan yang ada dalam Pemilu. Adapun persoalan yang disorotinya yaitu Pemilu yang jadi ajang politik transaksional dan semakin liberal.

Hal itu disampaikan Izzul diskusi bertajuk 'Partisipasi organisasi kemasyarakatan dalam pendidikan pemilih cerdas untuk mewujudkan pemilu berkualitas tahun 2024', Rabu (25/1/2023) secara daring.

"Bahwa Muhammadiyah sendiri menengarai ada persoalan dalam Pemilu kita, terutama di akhir-akhir atau Pemilu terakhir ini, yaitu adanya kecenderungan Pemilu berbiaya mahal. Kemudian transaksional dan semakin liberal," ujarnya.

Izzul menyampaikan tujuan pemilu adalah menghasilkan para pemimpin yang aspiratif. Namun karena biaya Pemilu yang mahal, para elite berlomba untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan saat Pemilu.

"Tujuan Pemilu untuk menghasilkan legislatif dan eksekutif yang aspiratif terhadap kepentingan rakyat, serta menghasilkan regulasi yang menyejahterakan, justru tergerus oleh kepentingan elite yang ingin mengembalikan modal yang telah dikeluarkan, mengganti kerugian para pemodal yang ingin cari untung dan para pemburu proyek yang sudah jadi bandar," sebutnya.

"Inilah penyakit yang harus diminimalisir bahkan jika perlu bisa disingkirkan dari pemilu di Indonesia," lanjut Izzul.

Selain itu, Izzul mengatakan Pemilu merupakan cara terbaik dalam pergantian kekuasaan. Oleh karenanya, ia berharap saat pergantian kekuasaan tersebut tidak tercipta konflik.

"Karena memang Pemilu ini dianggap sebagai satu proses demokrasi yang paling damai dan aman. Tentu kita tidak menginginkan pergantian kekuasaan di Indonesia dengan cara-cara yang inkonstitusional, dan Pemilu ini adalah salah satu pintu terbaik bagi proses pergantian kekuasaan," jelasnya.

Selanjutnya, Izzul menyebutkan Pemilu merupakan penyalur konflik. Dia menyebut hal itu disebabkan adanya upaya perebutan kekuasaan.

"Oleh karena itu, karena tadi Bapak Afifudin juga sudah menyinggung, pemilu adalah sarana penyalur konflik yang konstitusional. Kenapa konflik? Karena memang sesungguhnya kekuasaan itu dulunya, sebelum kita semua beradab melalui proses kenegaraan yang baik, perolehan kekuasaan selalu dilalui dengan cara-cara yang mungkin justru banyak menimbulkan pertumpahan darah dan korban kemanusiaan," tuturnya.

VIDEO: Implementasi PHIWM dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara