Dadang Kahmad Ungkap Ciri Khas Muhammadiyah: Kerja Adalah Ibadah
TVMU. TV - Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 telah dilaksanakan di Solo pada November 2022 lalu dan meninggalkan banyak kesan menggembirakan.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad menyebutkan kesuksesan Muktamar yang diselenggarakan pada 19 hingga 20 November ini berkat dari sifat ikhlas seluruh warga Persyarikatan yang bekerja untuk umat dengan niat tulus dan ibadah.
“Seperti biasa, tradisi Muhammadiyah muktamarnya itu sejuk, damai, tenang menghasilkan hasil-hasil yang optimal dan sesudahnya tidak ada friksi-friksi dan kekecewaan-kekecewaan. Semua berjalan baik, sesuai dengan rencana dan itulah mungkin satu perhelatan besar. Muhammadiyah ini perlu dicontoh oleh semua orang,” kata Dadang dalam acara Catatan Akhir Pekan dengan tema 'Muhammadiyah Setelah Muktamar ke-48', Ahad (11/12).
Dadang menilai tradisi ikhlas dalam Bermuhammadiyah ini perlu terus dirawat dan dilestarikan. Menurutnya, warga Muhammadiyah telah mengamalkan Surat Al-Maidah ayat 32.
Guru Besar Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengatakan dalam ayat Surat Al-Maidah itu disebutkan bahwa besarnya pahala menjaga satu nyawa. Jadi, dengan mengurus satu umat sama saja mengurus seluruh umat sehingga mereka bergembira dalam bekerja.
“Jadi ciri khas kita adalah, ‘kerja adalah ibadah’. Ketika ada salah seorang jendral tanya kepada saya kenapa Muhammadiyah bisa damai, tentram, ya saya jawab semua karena beribadah, kerja ikhlas karena tidak berbasis pada upah,” terang Dadang.
Selain itu, Dadang mengatakan organisasi Muhammadiyah tidak mengupah para anggota dan pimpinan strukturalnya meski sama-sama menekankan asas profesionalisme.
“Jadi kita mengabdi di Muhammadiyah itu ya adalah untuk mengabdi pada Tuhan, berbuat baik, beramal saleh, melakukan segala apapun tenaga kita untuk melayani umat sehingga mereka merasa tertolong dan kita hanya berharap pada Allah pahalanya,” sebutnya.
Meski tidak digaji, Dadang menyebutkan para pejabat struktural yang bertugas di Persyarikatan Muhammadiyah mendapatkan jaminan transportasi. Keadaan seperti ini menjadi semacam penyaring bagi pegiat yang benar-benar tulus ingin berdakwah bersama Persyarikatan.
“Jadi sekali lagi di Muhammadiyah tidak memiliki tarif berapa untuk ketua, dan lain-lain, kita (Persyarikatan) hanya menyediakan fasilitas transport pada Ibu Bapak itu, (Persyarikatan) tidak menggaji mereka, oleh karena itu pantas kalau mereka tidak berebut (jabatan) dalam arti secara frontal. Inilah mungkin ciri Muhammadiyah itu,” tandasnya.
Selanjutnya, Dadang menyampaikan banyak agenda besar Muhammadiyah yang dihasilkan dalam muktamar. Agenda-agenda itu memerlukan kerja keras semua pihak untuk memajukan Islam agar hadir sebagai agama peradaban dan rahmat bagi semesta alam.
“Mari bersyukur sekali lagi dan terus berjuang agar cita-cita Muhammadiyah, Islam Berkemajuan, rakyat Indonesia sejahtera, adil, makmur loh jinawi dan kita bisa menyebarkan paham-paham kebaikan bagi siapapun di dunia ini,” pungkasnya.
VIDEO: Muhammadiyah Setelah Muktamar ke-48
Comments (0)