Abdul Mu’ti Tegaskan Sikap Moderat Itu Tidak Ngambang
TVMU.TV - Istilah moderasi atau wasathiyah banyak dimaknai sebagai sebagai tengahan atau jalan tengah. Terkait hal ini, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menyampaikan, moderasi atau wasathiyah juga bisa berarti ajwad atau ahyar yang berarti menjadi unggul.
Hal itu disampaikan Mu'ti dalam peluncuran buku berjudul “Jalan Baru Moderasi Beragama: Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir” di Perpusnas, Jakarta, pada Senin (4/3) malam.
“Sehingga Pak Haedar yang di mana-mana dalam banyak kesempatan menyampaikan Muhammadiyah ini harus memiliki pusat-pusat keunggulan, dan pusat keunggulan itu tidak hanya dibawa pada urusan besar,” jelas Mu’ti.
Lebih lanjut, Mu'ti menjelaskan, Keunggulan yang diinginkan oleh Muhammadiyah tidak hanya aktual pada ranah kesemestaan, tapi juga kepada tingkat yang paling kecil.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu menyebutkan dalam komunitas kecil masyarakat seperti yang di pedesaan, Muhammadiyah juga sudah hadir.
“Kalau kita tanya Google itu kita menggunakan GPS (General Positioning Satelit), begitu Google enggak ada kita juga gunakan GPS (Gunakan Penduduk Setempat) alias tanya-tanya,” tutur Mu’ti.
“Artinya sampai daerah-daerah terpencil pun Muhammadiyah hadir, dan Pak Haedar juga hadir di situ. Bagaimana di desa itu Muhammadiyah juga menawarkan pusat-pusat keunggulan, sehingga moderasi di tangan Pak Haedar itu bukan sekadar sikap yang lembut, bukan sekadar sikap tengah, tapi juga sikap di mana kita harus mencapai yang unggul tapi juga sikap kritis,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Mu’ti menegaskan, sikap wasathiyah atau moderat tidak mengambang, sekaligus juga tidak sinkretik, tidak juga sikap lembek, dan tidak juga mengiyakan semua kemauan.
“Tetapi menempuh prinsip-prinsip yang menjadi bagian dari khittah kita di Muhammadiyah, dan kemudian membawa khittah itu dengan berbagai macam pendekatan yang tidak ekstrim. Prinsipnya teguh, tapi pendekatannya tidak ekstrim,” tegas Mu’ti.
VIDEO: Peluncuran Buku 'Jalan Baru Moderasi Beragama: Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir'
Comments (0)