Din Syamsuddin Nilai Risalah Islam Berkemajuan Perlu Dikaji dari Dimensi Kosmologi dan Ummah
TVMU.TV - Hasil Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta pada November tahun 2022, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menerbitkan dokumen Risalah Islam Berkemajuan. Dokumen itu merupakan kodifikasi dan pengayaan paham Islam Berkemajuan.
Risalah Islam Berkemajuan ini berfungsi sebagai pedoman keberagamaan maupun cara pandang Muhammadiyah yang khas dalam menerjemahkan dan mengamalkan ajaran Islam.
Terkait hal ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015, Din Syamsuddin menilai dokumen Risalah Islam Berkemajuan masih perlu disempurnakan.
Hal itu disampaikan dia dalam acara Pengajian Ramadan PP Muhammadiyah di Uhamka, Jakarta pada Jumat (31/3).
Menurut Din, Risalah Islam Berkemajuan ini perlu ditinjau dari dimensi kosmologi yang dianggap sebagai kekurangan dokumen tersebut.
“Islam Berkemajuan yang sudah menjadi trademark Muhammadiyah, sudah kita kodifikasi dan kita bakukan menjadi Risalah Islam Berkemajuan harus terbuka untuk penyempurnaan. Terus terang, untuk menjadi pandangan alam, perlu ada kerangka kosmologis yang melihat relasi antara manusia dengan sang pencipta, relasi manusia dengan sesama dan relasi manusia dengan alam,” jelasnya.
Selain kosmologi, Din menilai Muhammadiyah perlu mendefinisikan konsep Ummah. Sebab, kata dia, konsep ini mau tak mau harus didefinisikan agar jangkauan paham Islam Berkemajuan tidak menjadi gagasan yang bersifat regional, melainkan global.
Maka dari itu, ia mendorong Muhammadiyah merumuskan fondasi khusus terkait kosmologi dan definisi ummah. Din menyampaikan kerangka kosmologi Islam Berkemajuan adalah tauhid. Sedangkan posisi komunitas manusia di muka bumi (al-ummah) adalah sebagai khalifah yang memakmurkannya.
Selain itu, Din juga berpendapat rumusan tentang dimensi ontologi, kosmologi, hingga konsep Al-Ummah ini perlu dikaji dengan serius oleh Muhammadiyah agar menjadi semacam panduan filosofis bagi para penggiatnya dan bagi dunia Islam di luar sana agar paham Islam Berkemajuan tidak menjadi sekadar teori yang memiliki kesenjangan antara idealitas dan realitas.
Comments (0)