Muktamar ke-48 Angkat Sembilan Isu Kebangsaan

Muktamar ke-48 Angkat Sembilan Isu Kebangsaan
Gedung Edutorium UMS, tempat pelaksanan Muktamar ke-48 Muhammadiyah/ Foto: Istimewa.

TVMU.TV - Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Syafiq Mughni menjadi narasumber dalam acara Gerakan Subuh Mengaji, Ahad (9/10).

Dalam acara tersebut, ia berkesempatan untuk memberikan materi bertajuk 'Isu-isu Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Global'.

Menurut Syafiq, Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 di Kota Surakarta pada Novermber mendatang akan membahas sembilan isu menyangkut kebangsaan.

Adapun isu menyangkut kebangsaan yang dibahas pada Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48, pertama usaha penguatan ketahanan keluarga demi terciptanya ketahanan masyarakat dan ketahanan negara.

Kedua, reformasi sistem pemilu. Menurut Syafiq, hal ini penting mengingat politik telah tersandera kepentingan oligarki, sehingga perlu mendistorsi tujuan pemilu.

“Maka UU Pemilu yang tidak pro demokrasi, tidak pro kesejahteraan rakyat yang bisa menyebabkan rusaknya negara ini secara umum antara lain bersumber dari sistem pemilu yang tidak sehat dan tidak baik,” jelasnya.

Ketiga, suksesi kepemimpinan 2024. Syafiq mengatakan Muhammadiyah berharap suksesi ini berhasil melahirkan pemimpin yang berkualitas, bukan pemimpin yang tersandera oleh investor dan kepentingan oligarki, tapi benar-benar melahirkan pemimpin yang capable dan benar-benar memiliki kualitas untuk memimpin bangsa Indonesia.

Keempat, evaluasi deradikalisasi yang sering disalahgunakan. “Jangan sampai ada usaha deradikalisasi hanya untuk memojokkan kelompok-kelompok yang berbeda kepentingan dengan orang lain,” sebut Syafiq.

Kelima, penguatan keadilah hukum. Syafiq menilai penegakan hukum masih lemah, bahkan sebagian dari hukum itu tidak pro keadilan dan tidak sehat dan ada tebang pilih.

Keenam penataan ruang publik yang inklusif dan adil. Dia berpendat perlu adanya penataan ruang publik yang ramah terhadap semua kelompok, termasuk difabel.

Ketujuh penguatan regulasi sistem resiliensi bencana. Syafiq menyebutkan Indonesia sebagai negara rawan bencana alam dianggap perlu mendidik masyakarakatn agar menjadi kelompok tangguh bencana.

“Bagaimana kita menjaga lingkungan kita supaya tidak menjadi lebih rentan terhadap bencana itu dan bagaimana kita membangun sistem teologi kebencanaan, yang itu sudah dirumuskan tarjih dan MDMC,” terangnya.

Kedelapan, antisipasi aging population (usia manula). “Nanti proporsi senior sangat tinggi, usia produktif menurun. Karena itu, kita perlu memperhatikan bagaimana kepetningan masyarakat senior itu apalagi di daerah perkotaan yang hubungan antar individu sangat longgar perlu kita lakukan antisipasi sebaik mungkin,” tutur Syafiq.

Lalu yang terakhir, penguatan integrasi nasional. “Bagaimana negara kita supaya terintegrasi, tidak terpecah-pecah, tidak ada konflik antar wilayah, tidak ada ketidakadilan antara daerah satu dengan daerah yang lain,” pungkas Syafiq.

VIDEO: Isu-isu Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Global