Bahas Krisis Lingkungan, Eco Bhinneka Muhammadiyah dan GreenFaith Indonesia Gelar FGD di Pekanbaru

TVMU.TV - Eco Bhinneka Muhammadiyah dan GreenFaith Indonesia menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Keterlibatan Agama dan Lintas Iman dalam Mengelola Risiko Lingkungan” di Pekanbaru, Riau pada Rabu (26/2).
Diskusi ini bertujuan merumuskan langkah konkret dalam menghadapi tantangan lingkungan. Para peserta sepakat untuk mencari solusi strategis guna mendukung pembangunan rendah karbon di Indonesia. Sebagai bagian dari rangkaian diskusi di tiga kota—Sawahlunto, Ambon, dan Pekanbaru—FGD ini menjadi awal kolaborasi antarumat beragama dalam menjaga lingkungan. Hasil diskusi akan disampaikan kepada Kementerian Bappenas sebagai pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.
FGD ini merupakan bagian dari Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon Fase-2 (LCDI2), yang bertujuan mengintegrasikan peran organisasi keagamaan dalam mengatasi tantangan lingkungan. Rekomendasi dari forum ini akan menjadi dasar penguatan kapasitas organisasi keagamaan dalam mendukung pembangunan rendah karbon di Indonesia.
Rasyad Zein selaku Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Riau, menekankan bahwa pendekatan lintas agama adalah solusi efektif dalam menghadapi krisis lingkungan.
“Semua agama mengajarkan nilai-nilai luhur untuk menjaga keseimbangan alam,” ujarnya.
Sementara itu, Parid Ridwanuddin selaku Manajer Program GreenFaith Indonesia, menyebutkan bahwa isu lingkungan seperti perubahan iklim, deforestasi, dan polusi telah menjadi ancaman serius bagi kehidupan manusia.
“Di Indonesia, dampak kerusakan lingkungan tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga mengancam kesehatan, ekonomi, dan keamanan masyarakat,” katanya. Ia menegaskan bahwa ajaran agama yang menekankan pelestarian alam dapat menjadi dasar kuat untuk menggerakkan aksi nyata. “Agama bukan hanya soal ibadah, tetapi juga tanggung jawab moral terhadap lingkungan,” tambahnya.
Lalu, Muhammad Ikhsan, Ketua Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah PWM Riau, menekankan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari maqasid syariah (tujuan syariah).
Ia menyoroti peran organisasi keagamaan dalam mengedukasi masyarakat, mempengaruhi kebijakan, dan mendorong praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian, Elviriadi selaku akademisi dan aktivis lingkungan, menyoroti angka deforestasi yang mencapai 11.000 hektar per tahun di Riau.
Dia menyerukan perlunya “Jihad Ekologis”, yaitu keterlibatan aktif agama dalam melawan krisis lingkungan yang disebabkan oleh degradasi moral dan spiritual. “Agama harus menjadi kekuatan transformatif dalam menegakkan keadilan ekologis,” tegasnya.
Selanjutnya, Masieli Zendrato, Sekretaris Umum PGI Wilayah Riau, mengajak gereja untuk menjadi “Eco Church”, yaitu gereja yang ramah lingkungan dan aktif dalam advokasi lingkungan.
'“Gereja tidak hanya harus berbicara, tetapi juga bertindak nyata dalam menjaga ciptaan Tuhan,” sebutnya.
Dari perspektif umat Buddha, Jonno, perwakilan Persatuan Umat Buddha Provinsi Riau, menekankan pentingnya regulasi yang tegas dalam pengelolaan lingkungan.
“Tanpa kebijakan yang kuat, upaya pelestarian lingkungan akan sia-sia,” katanya.
Ia juga menyoroti perlunya keadilan dalam pengelolaan sumber daya alam, terutama dalam menyelesaikan konflik lahan.
Jaelani selaku Wakil Bendahara Majelis Ulama Indonesia, menegaskan pentingnya penegakan hukum yang tegas dalam pelestarian lingkungan.
Sementara itu, Frans, perwakilan dari PGI, bahkan mengusulkan hukuman berat bagi perusak lingkungan sebagai bentuk komitmen terhadap keadilan ekologis.
Adapun, Wirdati Irma, Ketua LLHPB PW ‘Aisyiyah Riau, menekankan pentingnya penyadaran masyarakat mengenai isu lingkungan.
“Kita tidak hanya menjadi penikmat lingkungan, tetapi juga penjaganya,” ujarnya.
Ia mencontohkan kampanye edukasi di sekolah-sekolah tentang pelestarian gambut dan mangrove sebagai langkah nyata dalam membangun kesadaran generasi muda.
Diskusi ini menunjukkan bahwa agama bukan sekadar keyakinan spiritual, tetapi juga motor perubahan sosial dalam menghadapi krisis lingkungan.
Dengan kolaborasi lintas iman, diharapkan muncul aksi-aksi nyata yang mampu menjaga keberlanjutan lingkungan demi generasi mendatang.
VIDEO: Kick Off Program Eco Bhinneka tentang Perubahan Iklim
Comments (0)