Dadang Kahmad Imbau Agar Tetap Bijak Sikapi Pernyataan Peneliti BRIN yang Ancam Warga Muhammadiyah

Dadang Kahmad Imbau Agar Tetap Bijak Sikapi Pernyataan Peneliti BRIN yang Ancam Warga Muhammadiyah
Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad/ Foto: Tangkap layar YouTube tvMu.

TVMU.TV - Publik dibuat geger oleh pernyataan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang Hasanuddin yang viral diduga mengancam ingin membunuh warga Muhammadiyah.

Menyikapi hal ini, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad mengimbau agar warga Persyarikatan untuk tetap bijak dan dewasa. 

“Kami mengimbau agar warga tidak terpancing dengan berbagai cemoohan, sinisme, tudingan, hujatan, kritik yang menyerang, hingga ada oknum yang mengancam secara fisik terkait perbedaan pelaksanaan idul fitri 1444 H,” kata Dadang dalam keterangan seperti dikutip tvMu, Senin (24/4).

Lebih lanjut, Dadang menyampaikan, Muhammadiyah sudah kenyang pengalaman diperlakukan negatif atau buruk seperti itu sepanjang perjalanan sejarahnya hingga kini. Ia kemudian menceritakan peristiwa yang pernah dialami tokoh pendiri Muhammadiyah Kyai Ahmad Dahlan.

“Dulu ketika Kyai Ahmad Dahlan memelopori arah kiblat yang benar secara syariat dan ilmu disikapi serupa, dituding kafir dan dirobohkan masjid yang dibangunnya di Kauman. Kini perangai serupa tertuju ke Muhammadiyah oleh orang-orang yang boleh jadi berilmu, mungkin karena merasa benar sendiri atau memang bersikap kerdil yang tentu tak sejalan dengan khazanah dunia ilmu dan akhlak Islam,” tutur Dadang.

Oleh karenanya, Dadang mengajak kepada para pihak yang tidak sejalan dengan pandangan keislaman Muhammadiyah untuk kedepankan akal sehat, sikap ilmiah yang objektif, dan keluhuran adab Islam layaknya orang beragama dan berilmu. 

“Bila di negeri ini para petinggi negeri selama ini begitu gencar menyuarakan moderasi dan toleransi dalam beragama dan berbangsa serta ajakan jangan radikal dan intoleran,” tegasnya.

Dadang menegaskan Muhammadiyah hanya ingin bukti apakah hal tersebut dipraktikkan secara autentik dan nyata, bukan hanya ditujukan kepada pihak lain, tetapi di lingkungan sendiri-sendiri agar tidak sekadar retorika dan sepihak sebagaimana disampaikan pepatah “Kuman di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tak tampak” atau pepatah lain “Tiba di mulut dimuntahkan, Sampai di perut dikempiskan”.

“Muhammadiyah secara organisasi tetap elegan dalam menyikapi sikap maupun pernyataan negatif seputar perbedaan idul fitri karena sudah biasa dan terbiasa,” lanjut Dadang.

Selain itu, Dadang mengimbau kepada seluruh warga Muhammadiyah agar tidak bersikap yang sama dengan mereka yang kerdil pemikiran dan sikapnya dalam beragama dan berbangsa. Dia berharap warga Muhammadiyah menunjukkan berkeadaban, berilmu, berbangsa, dan bahkan beragama lebih baik di dunia nyata.

“Bila dari pernyataan-pernyataan buruk orang-orang itu terhadap Muhammadiyah ada yang sudah melewati batas dan dapat masuk ke ranah hukum, tentu jalan hukum itu selalu terbuka untuk dilakukan sejalan dengan koridor yang dijamin konstitusi dan terhormat dalam berbangsa. Sekali lagi warga Muhammadiyah agar tetap mengedepankan pemikiran dan sikap luhur, serta tidak mengambil langkah sendiri-sendiri,” terang Dadang.

Disisi lain, Dadang meminta kepada para elite negeri dan cerdik cendekia untuk bersama-sama menciptakan suasana beragama dan berbangsa yang lebih kondusif dan bermartabat luhur, seraya menjauhkan diri dari hal-hal tidak atau kurang terpuji yang dapat meretakkan hidup berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia milik bersama.

VIDEO: Dialektika tvMu 'Mengapa 1 Ramadan Hari Sabtu?'