Beginilah Gerak MDMC Bantu Penyitas Gempa Cianjur

TVMU.TV - Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah, Budi Setiawan menyebutkan sejak hari pertama gempa di Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11) lalu, Muhammadiyah telah mengirim bantuan ke lokasi.
Lebih lanjut, ia mengatakan gempa Cianjur menyebabkan longsor yang cukup parah dan menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Merespon hal ini, MDMC segera menerjunkan beberapa relawan untuk melakukan mitigasi bencana.
Dalam hal ini, Budi mengatakan MDMC mengerahkan tim bantuan medis yang terdiri dari RS Muhammadiyah Bandung dan RSI Pondok Kopi, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta (FK UMJ), dan lain-lain.
Menurut dia, banyak rintangan menuju lokasi, namun mereka sampai di pusat bencana. Budi menilai pengiriman tenaga medis ini penting untuk memberikan layanan kesehatan dan edukasi kesehatan bagi warga yang terdampak.
“MDMC selalu mengupayakan koordinasi dengan siapapun. Kami tidak bisa kerja sendirian. Karena tanggap darurat dari gempa ini bisa jadi hingga satu bulan. Kita harus mengatur kegiatan dan bersinergi dengan elemen kemanusiaan yang lain,” kata Budi dalam Jumpa Pers Respon Muhammadiyah untuk Cianjur, Senin (05/12).
Kemudian, ujar Budi, MDMC telah mendirikan satu pos pusat koordinasi dan lima pos pelayanan dari 12 kecamatan terdampak yang berada di Cianjur.
Pos pelayanan tersebut berlokasi di Ciherang, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet; Kampung Tipar Kaler, Desa Limbangsari, Kecamatan Cianjur; Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang; Kampung Barukaso, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang; dan Kampung Cieundeur, Desa Cieundeur, Kecamatan Warungkondang.
Di titik-titik bencana, Budi mengatakan MDMC juga telah membangun dapur umum yang berkoordinasi dengan Badan SAR Nasional (Basarnas). Menurutnya, pertolongan logistik ini tepat sasaran sehingga membantu korban terdampak yang sedang mengungsi.
“Kami membantu dengan pertolongan logistik yang manfaatnya sangat dirasakan oleh tim Basarnas dan yang lain,” tutur Budi.
Selain itu, Budi mengatakan MDMC juga membangun hunian darurat, termasuk mushala. Sekitar 300 tenda darurat dengan ukuran 6×4 meter telah didirikan. Satu tenda cukup menampung hingga lima orang atau satu tenda satu keluarga.
“Meskipun itu tenda, tapi itu tenda keluarga. Kami sangat menghormati privasi. Dengan adanya tenda, kehormatan keluarga terjaga,” terangnya.
Tak hanya sampai di situ, MDMC juga memberikan pendidikan darurat (kebencanaan) dan layanan psikososial. Dengan memanfaatkan jaringan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA), MDMC sukses mendatangkan tenaga medis, guru, bahkan psikolog.
Budi berpendapat hal ini penting agar warga terdampak tidak hanya mendapat layanan materi, tapi juga pengetahuan dan kejiwaan.
“Alhamdulilah Muhammadiyah memiliki PTMA dengan berbagai prodinya, salah satunya psikologi. Banyak dari PTMA itu membantu warga yang terdampak, menemani keluh kesah mereka,” ucap Budi.
“Kita dari MDMC membuka kerja sama dengan berbagai lembaga,” imbuhnya.
Comments (0)